Persepsi Sekolah Favorit Hambat PPDB di Madiun

Madiun, IDN Times - Penerapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tingkat SMP di Madiun masih menuai masalah. Persepsi 'Sekolah Favorit' masih menjadi problem di lapangan. Contohnya, pada dua SMP Negeri di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun Jawa Timur, yakni SMPN 1 dan SMPN 2. Para Orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di SMPN 1 karena dianggap favorit.
1. Persepsi sekolah favorit melekat di orang tua
Ketua Panitia PPDB 2024 SMPN 2 Imbang Sutrisno, mengatakan pada tahun ajaran baru 2024-2025, SMPN 2 hanya menerima 167 calon siswa baru dari pagu 192, dengan 5 siswa di antaranya berasal dari SMPN 1 karena tidak diterima saat seleksi.
"Stigma sekolah favorit masih melekat di benak orang tua, sehingga mereka lebih memilih SMPN 1 meskipun SMPN 2 juga memiliki kualitas pendidikan yang baik," kata Sutrisno, Jumat (12/7/2024).
Menurutnya, sosialisasi terkait zonasi sekolah masih belum dipahami dengan baik oleh orang tua, sehingga banyak yang memaksakan anaknya untuk masuk ke SMPN 1 meskipun tidak sesuai dengan zonasi mereka.
2. Proses terlalu rumit
"Minimnya pendaftar dari jalur perpindahan orang tua dikarenakan prosesnya yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Hal ini membuat para orang tua berpikir ulang untuk mendaftarkan anaknya ke SMPN 2 melalui jalur tersebut," ujarnya.
Ia berharap dengan adanya informasi ini, stigma sekolah favorit dapat dihilangkan dan masyarakat dapat memahami pentingnya zonasi sekolah dalam PPDB.
3. Sistem zonasi belum difahami para orang tua
"Jelasnya begini, stigma sekolah favorit masih menjadi faktor utama banyaknya orang tua yang memilih menyekolahkan anaknya. Kemudian zonasi sekolah masih belum dipahami dengan baik oleh orang tua," pungkasnya.
Ia juga menghimbau kepada orang tua untuk tidak memaksakan anaknya untuk masuk ke sekolah tertentu dan memilih sekolah yang sesuai dengan zonasi dan kemampuan mereka.