Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
20251001_195717.jpg
Peringatan 3 tahun Tragedi Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Intinya sih...

  • Keluarga korban berharap acara doa bersama ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya

  • Keluarga korban masih terus berupaya untuk sembuh dari trauma

  • Perjuangan keluarga korban yang masih jauh hilalnya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Malang, IDN Times - Tepat 3 tahun yang lalu Stadion Kanjuruhan dihadapkan dengan kepanikan usai 135 jiwa melayang hanya salam 1 malam. Hari ini (1/10/2025), malam mengerikan itu diperingati dengan melakukan doa bersama jamaah Riyadlul Jannah di halaman luar Stadion Kanjuruhan.

1. Keluarga korban berharap acara doa bersama ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya

Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Nuri Hidayat. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Salah seorang keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Nuri Hidayat menyampaikan kalau acara doa bersama ini bertujuan untuk merawat ingatan dan menolak lupa Tragedi Kanjuruhan. Sehingga dengan acara ini, ia berharap setiap tahun ada kegiatan doa bersama sehingga para korban tidak dilupakan.

"Dengan begitu diharapkan tidak akan terjadi kejadian Kanjuruhan lain. Kalau bicara menuntut keadilan kami belum dapat tapi kami tetap berjuang. Tapi kami tetap mendoakan anak kami, terus sounding ke luar agar tetap diingat sebagai pelajar," terangnya.

2. Keluarga korban masih terus berupaya untuk sembuh dari trauma

Peringatan 3 tahun Tragedi Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Nuri mengungkapkan kalau tidak mudah menghilangkan trauma Tragedi Kanjuruhan meskipun kejadian itu sudah 3 tahun berlalu. Ia dan para keluarga lain mencoba memulihkan kondisi psikologis dengan melakukan doa bersama di Gate 13 Stadion Kanjuruhan setiap Sabtu Kliwon. Kemudian todak hanya berjuang dari segi hukum, ia juga berjuang lewat keagamaan dengan terus memberikan doa.

"Alhamdullilah dari proses itu, atas izin Allah kami diperlancar, seperti peristiwa hari ini, dari 5 September (2025) sampai sekarang beres semua mulai pendanaan hingga perizinan. Secara ini kami berupaya sendiri, dengan keimanan kami diperkuat dan berdoa. Cuma hablumminallah kami ikhlas dan hablumminanas kami masih dongkol," ujar paman dari korban bernama Jovan Farellino Yuseifa Pratama Putra ini.

3. Perjuangan keluarga korban yang masih jauh hilalnya

Peringatan 3 tahun Tragedi Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Nuri menyampaikan kalau perjuangan para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan tampak masih jauh dari kata memuaskan. Pihaknya masih mengajukan banding ke Mabes Polri, kemudian mengajukan audiensi dengan Komisi III DPR RI. Dari upaya ini, baru pihak Komisi III yang membalas surat mereka dan akan menjadwalkan pertemuan.

Sementara hasil restitusi di Pengadilan Tinggi Surabaya juga sangat mengecewakan. Menurutnya, nilai yang diputuskan sangat tidak adil dan tidak mencerminkan kemanusiaan.

"Restitusi itu pengajuan, jadi tidak semua (keluarga korban) mengajukan, karena saat itu masih berduka atau bagaimana sehingga kemarin hanya 72 keluarga yang dapat. Masing-masing hanya dapat Rp10 juta per korban. Kalau bilang cukup ya inj nyawa, cuma saat proses restitusi dihitung bingkisan lebaran senilai Rp227 ribu per bingkisan 3 kali, terus diminta biaya apa saja yang dikeluarkan, kami berduka terus disuruh menghitung kan tidak mungkin," pungkasnya.

Editorial Team