Pendidikan Karakter di Sekolah Adat Kampoeng Batara Banyuwangi

Banyuwangi, IDN Times - Di pelosok hutan KPH Banyuwangi utara, terdapat pendidikan alternatif Sekolah Adat Kampoeng Batara. Tidak hanya aktivitas belajar mengenalkan warisan kebudayaan lokal kepada Anak-anak, pendidikan di sana juga mengubah mentalitas remaja hingga orang tua, agar percaya diri terhadap kampungnya yang terpelosok.
Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud RI telah menetapkan Kampoeng Batara sebagai satu dari 56 sekolah adat di Indonesia.
"Di Jawa, setahuku Jabar Ciptagelar, sekolah adat Ciptagelar. Sama di sini," ujar pendiri Sekolah Adat Kampoeng Batara, Widie Nurmahmudy (42) saat dihubungi IDN Times, Sabtu (9/4/2022).
1. Lahir secara organik
Kampoeng Batara, kata Widie, lahir secara organik tanpa ada tekanan atau dorongan dari kelompok organisasi, pemerintah atau politik. Saat tahun 2013 Widie hanya rutin mengajak keponakan dan tetangganya untuk belajar mengenal tanaman, permainan tradisional, dan hal-hal yang ada di sekitar.
"Awalnya hanya 4 -6 anak saja. Namun sekarang sudah ada 50 lebih yang bergabung," katanya.
Kuncinya, kata Widie, hanya konsisten. Ia hanya rutin menjadi fasilitator belajar kepada Anak-anak setiap pekan. Selesai belajar bersama, ia pasti mengunggah aktivitas belajar ke media sosial. Tanpa ia sadari, banyak relawan yang ingin datang untuk berbagi pengetahuan kepada Anak-anak.
Untuk menjaga kepercayaan kepada masyarakat, ia tidak pernah menerima bantuan dalam bentuk uang. Bantuan yang masuk diwujudkan dalam bentuk barang agar mudah mempertanggungjawabkan ke masyarakat.
Widie tidak pernah menyangka bahwa aktivitas belajar mengajarnya, akan menarik perhatian banyak relawan. Beragam penghargaan dari kampus, pemerintah daerah, provinsi hingga pusat sudah banyak ia terima.
Sejumlah komunitas, tokoh adat, pemerintah, kementrian, artis, akademisi dan sederet nama lain, sudah biasa datang ke kampungnya.