Pemilik Toko Surabaya Laporkan Emak-emak Diduga Pungli ke Polisi

- Pemilik toko rokok elektrik melaporkan tiga emak-emak ke polisi atas dugaan pungutan liar senilai Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
- Emak-emak tersebut mengaku sebagai pengurus RT/RW setempat dan sempat berupaya merusak mobil pemilik toko.
- Kevin Wiliam, pemilik toko, menduga bahwa tindakan emak-emak tersebut adalah pungutan liar karena tidak ada proposal resmi kegiatan 17 Agustusan.
Surabaya, IDN Times - Pemilik toko rokok elektrik yang diduga menjadi korban pungli berkedok sumbangan untuk acara 17 Agustus -an melaporkan pelaku ke polisi. Terduga pelaku adalah tiga orang emak-emak yang meminta sumbangan senilai Rp500 ribu hingga Rp1 juta kepada pemilik toko.
Aksi dugaan Pungutan Liar (Pungli) itu terjadi pada Kamis (7/8/2025) di sebuah toko di Jalan Gemblongan Surabaya. Tiga emak-emak mengaku sebagai pengurus RT/RW setempat dan sempat cekcok dengan pemilik toko.
Pemilik toko Kevin Wiliam mengatakan, pihaknya melaporkan tiga pelaku yang merupakan emak-emak ke Polsek Bubutan atas dugaan pungutan liar. Laporan tersebut ia layangkan satu jam setelah peristiwa terjadi.
"(Laporan ke Polisi) Hari H, kurang lebih setengah jam sampai satu jam setelah kejadian itu," ujar Wiliam ditemui di tokonya, Senin ( 11/8/2025).
Kevin mengatakan, tiga emak-emak itu selain melakukan tindakan pungli, mereka juga sempat berupaya merusak mobilnya. Upaya itu terjadi saat Kevin hendak meninggalkan mereka dan masuk ke dalam mobil. "Situasi gak kondusif, saya mau langsung pergi keluar, saya ada janji mau meeting. Ketika mau pergi mobil saya digedor, kaca mobil saya dipukul," kata Kevin.
Tetapi , Kevin mengaku laporan hanya terkait dengan pungli. Sementara upaya pengerusakan mobil tak ia laporkan. "(Laporan) dugaan pungli, (upaya pengerusakan mobil) enggak, untuknya enggak mobilnya sampai rusak," jelasnya.
Peristiwa ini telah dimediasi oleh Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji. Walau begitu, Kevin belum menyatakan apakah laporannya itu akan dicabut atau tidak. "Mau dibilang, damai ya gak begitu damai, gak selesai ya enggak juga. Selesai ya itu keras hati. Ya mungkin tiga ibu-ibu itu sinis juga melihat saya," terang Kevin.
Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Bubutan, IPTU Simanjuntak mengatakan, pihaknya belum menerima laporan dari Kevin. Tapi, pihaknya masih akan melakukan kroscek kembali.
"Belum ada laporan mbak sampai sore ini, saya tanya ke Binmas dulu, mohon waktu," kata dia ketika dikonfirmasi IDN Times.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemilik toko di Surabaya mengaku dimintai sumbangan untuk acara 17-an oleh sekelompok emak-emak yang mengakui sebagai pengurus RT/RW setempat. Parahnya emak-emak tersebut mematok sumbangan Rp500 ribu ingga Rp1 juta.
Peristiwa itu pun viral di media sosial. Berdasarkan rekaman video yang beredar, ada tiga emak-emak yang datang ke toko rokok elektrik di Jalan Gemblongan nomor 30, Surabaya. Terlihat emak-emak tersebut sedang adu mulut dengan penjaga toko.
Dalam video itu juga, pemilik toko, Kevin Wiliam mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Kamis (7/8/2025). Saat itu, tokonya tiba-tiba kedatangan tiga orang emak-emak yang mengaku sebagai pengurus RT/RW setempat. "Pada awalnya ada ibu-ibu masuk ke toko saya meminta sumbangan untuk acara 17-Agustus," ujar Kevin dalam video tersebut dan telah mendapat izin dikutip oleh IDN Times.
Emak-emak tersebut meminta sumbangan kepada Kevin sekihlasnya, tetapi mereka mematok nilai Rp500-1 juta. Kevin yang tidak tahu siapa tiga orang itu, kemudian hanya memberikan sumbangan Rp10 ribu. "Kok bisa sumbangan itu harus ada nominalnya, padahal di sini bisnis saya masih belum menghasilkan, tapi saya dipatok dengan nominal uang yang tidak sedikit," katanya.
Karena tak mau memberi uang dengan nominal yang dipatok, Kevin dan tiga orang emak-emak tersebut pun adu mulut. Kevin, ketika didatangi ke tokonya mengatakan, ia berfikir bahwa ketiga orang tersebut bukan merupakan pengurus RT/RW setempat. Ia menduga mereka adalah pengemis dengan modus meminta sumbangan untuk acara 17 Agustus.
"Mereka ngakunya ada yang ari RT, RW, ada yang dari Kelurahan juga. Cuman mereka yang saya bingung itu seperti ini ketika mereka mengaku RT, RW. Biasanya di tempat saya yang narik iuran atau narik sumbangan itu biasanya yang menggunakan seragam resmi," ungkapnya ketika ditemui di tokonya, Senin (11/8/2025).
Dugaan Kevin menguatkan bahwa itu adalah tindakan pungli karena, emak-emak tersebut tidak menunjukkan proposal resmi kegiatan 17 Agustusan. Mereka hanya menunjukkan selembar kertas tulisan tangan bukti toko kanan dan kiri yang memberikan sumbangan.
"Kalau sumbangan seperti ini, biasanya saya memang tahu kalau memang ada sumbangan seperti ini. Tapi yang bikin saya kaget itu ketika saya dipatok nominal itu," pungkas dia.