Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dokumentasi Humas Pemprov Jatim

Surabaya, IDN Times - Direktur Eksekutif Ecological Observastion and Wetlands Conservation (Ecoto), Prigi Arisandi mengkritik Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Kali ini, ia menagih keseriusan penanganan sampah popok si Sungai Brantas.

Seperti yang diketahui, usai dilantik jadi orang nomor satu di Jatim, Khofifah sempat melakukan sidak ke Sungai Brantas bersama wakilnya, Emil Elistianto Dardak, Februari lalu. Bahkan, ia berjanji akan menaruh sejumlah dropbox pembuangan popok dan CCTV di bantaran sungai.

1. Disebut seremonial saja

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Namun, beberapa bulan berlalu realisasi iti disebut Prigi, belum ada. Dia menilai tinjauan mantan Menteri Sosial hanya seremonial saja. "Upaya gubernur Jatim untuk kurangi sampah popok di Kali Brantas tidak efektif. Kurang serius dan hanya seremonial," ujar Prigi, Jumat (2/8).

2. Karena tidak gandeng stakeholder

Dok.IDN Times/Istimewa

Penegasan seremonial dari Ecoton ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, Pemprov Jatim disebut oleh Prigi tidak melibatkan stakeholder untuk memberantas sampah popok di sungai. Terlebih, sosialisasi dampak penggunaan popok sekali pakai belum berjalan.

"Pemprov tidak melibatkan kabupaten/kota, jadi tidak ada koordinasi. Dan uit juga tidak dibarengi kegiatan edukasi dan sosialisasi seperti pemasangan plakat dan himbauan melalui media massa, sehingga masyarakat masih membuang sampah popoknya di sungai," kata Prigi.

3. Tidak ada upaya pengurangan penggunaan popok sekali pakai

thebalance.com

Ecoton berharap Pemprov bisa mendorong pengurangan penggunaan popok plastik sekali pakai. Karena, bahaya dari sampah popok tersebut lantaran bahannya yang terbuat dari plastik dan tidak bisa terurai. Popok juga membawa patogen tinja dan menjadi media yang membawa racun pencemar ke rantai makanan, dan bermuara ke laut.

Tak lupa, dia memberikan alternatif penggunaan popok, salah satunya cloth diapers. "Pemerintah perlu segera mengendalikan produksi popok, agar produsen bertanggung jawab atas sampah produknya, mengedukasi masyarakat agat mengurangi pemakaian popok sekali pakai," katanya.

"Produsen popok, juga wajib menyediakan tempat pengumpulan sampah popok di setiap desa agar sampah popok tidak dibuang ke sungai atau dibakar. Gerakan pakai popok kain dan toilet training atau tatur balita perlu dipromosikan untuk membersihkan sungai dan laut dari sampah popok," tambah Prigi.

4. Data terbaru menyebut 60 persen sampah popok dominasi Sungai Brantas

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Terkait data, Prigi membeberkan kalau Ecoton terakhir melakukan penelusuran pada Juli 2019. Hasilnya, sampah popok mendominasi peredaran sampah di Brantas mencapai 60 persen. Ada juga sampah sachet 12 persen, styrofoam 11 persen, kantong plastik 10 persen, gelas plastik 3 persen, dan botol plastik 3 persen.

"Kami memulung sampah di kali surabaya, 60 persen volume sampah yang tertahan di trash traps adalah sampah popok. Popok yang berhasil diangkut itu dari berbagai brand, didominasi merek mamypoko, sweety, happh nappy, merries dan baby happy," tandasnya.

Editorial Team