Pelayat Masih Terus Padati Rumah Duka Mbok Yem di Magetan

Magetan, IDN Times – Suasana duka masih menyelimuti Desa Gonggang, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ratusan pelayat dari berbagai daerah terus berdatangan ke rumah duka almarhumah Mbok Yem, Kamis (24/4/2025). Karangan bunga dari instansi hingga komunitas pecinta alam berjajar di sepanjang jalan desa, sebagai ungkapan belasungkawa atas kepergian sosok legendaris penjaga warung di Gunung Lawu.
1. Kenangan dimarahi Mbok Yem karena pesan es teh
Di antara para pelayat, Riski Bayu (23), pendaki asal Sulawesi, mengenang momen tak terlupakan saat mendaki Gunung Lawu dan singgah di warung Mbok Yem. Ia sempat iseng memesan es teh di tengah dinginnya puncak Lawu.
“Waktu itu kami sudah capek, lalu mampir ke warung. Tapi saya malah pesan es teh. Mbok Yem langsung marah. Tapi justru itu yang bikin kami semua tertawa dan capek langsung hilang,” kenangnya sambil tersenyum.
Meski sempat ditolak untuk berfoto bersama, kesabaran mereka berbuah manis. Sebelum turun, akhirnya Mbok Yem bersedia diajak berfoto. “Marahnya Mbok Yem itu khas, seperti hiburan gratis yang cuma ada di puncak Lawu,” ujar Riski.
2. Mbok Yem di mata relawan, sosok ibu yang tak pelit
Kebaikan hati Mbok Yem juga dikenang oleh para relawan pendaki dari berbagai organisasi seperti AGL, PGL, dan Reco. Mereka mengungkapkan, saat terjadi musibah di gunung, Mbok Yem tak segan memberikan makanan gratis, bahkan uang, untuk membantu mereka.
Salah satu momen paling dikenang adalah saat kebakaran hebat melanda Gunung Lawu pada musim kemarau 2023. Saat itu, puluhan hektare hutan terbakar dan beberapa warung hangus dilalap api. Ajaibnya, warung milik Mbok Yem di Hargo Dalem dan satu warung lain milik Mbok To tetap utuh.
Dalam peristiwa kebakaran tersebut, Mbok Yem sempat menyampaikan kabar bahwa dirinya dalam kondisi sehat dan selamat. “Alhamdulillah, aku sehat, selamet. Neng kene aku karo Kelik karo Muis. Mugo-mugo diparingi selamet,” ujarnya kala itu.
Menurut Jarwo, anggota Satgas pemadam api, api sempat mendekati warung Mbok Yem dari arah Ngawi. Ia dan dua relawan lain sempat kewalahan menghalau kobaran api. “Asapnya bikin sesak napas. Tapi beruntung, api cuma lewat di samping warung Mbok Yem,” jelasnya.
Sayangnya, warung lain milik Rubi, Agus, Giar, dan Sati tak seberuntung itu—mereka hangus terbakar. Sementara Mbok Yem tetap bertahan di puncak dengan persediaan logistik yang cukup untuk sebulan. Mbok Yem sempat dikabarkan tak kuat lagi bertahan di puncak. Kabar tersebut pun dibantah langsung oleh relawan dan petugas kehutanan.
“Padahak Mbok Yem saat itu sehat, aman, dan tidak mau dievakuasi. Video yang menyebut sebaliknya itu tidak benar,” tegas Supriyanto, KRPH Sarangan.
3. Warung Mbok Yem lebih dari sekadar tempat singgah
Bagi ribuan pendaki, warung Mbok Yem bukan hanya tempat singgah melepas lelah, tapi juga rumah kedua di puncak Lawu. Sosoknya dikenal ramah, tegas, namun penuh kasih selalu punya cara unik untuk menyambut para pendaki, dari yang pertama kali naik hingga yang sudah puluhan kali kembali.
Kini, kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam, bukan hanya bagi warga Magetan, tapi juga bagi komunitas pecinta alam di seluruh Indonesia. Selamat jalan, Mbok Yem. Gunung Lawu tak akan sama tanpamu.