Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250929-WA0006.jpg
Proses pengelolaan sampah sisa makanan MBG. Dok. Garda Pangan.

Intinya sih...

  • Pasukan Garda Pangan mengambil sisa makanan dari dapur SPPG di Surabaya setiap malam.

  • Sampah makanan diolah menjadi pupuk organik dan pakan ternak melalui biokonversi larva Black Soldier Fly.

  • Potensi sampah makanan dari program MBG mencapai 1,1–1,4 juta ton per tahun dengan kerugian hingga Rp213–551 triliun per tahun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Malam di Surabaya semakin larut. Namun di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), hiruk-pikuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum sepenuhnya berhenti. Dari balik pintu dapur, aroma nasi sisa dan sayur layu masih menyeruak. Di situlah pasukan Garda Pangan mulai bergerak.

Setiap malam, yayasan yang diketuai Dhedy Baroto Trunoyudho ini mendatangi dapur SPPG. Bukan untuk menjemput makanan segar, melainkan sisa makanan yang sudah tak tersentuh.

"Kami bekerja sama dengan lima SPPG di Surabaya. Setiap malam, kami mengambil sisa makanan ke SPPG Ngagel, Kebonsari, Gayungan, Wonocolo, dan Jemursari," ujar Dhedy kepada IDN Times, Senin (29/9/2025).

Bagi sebagian orang, timbunan nasi basi hanya sampah menjijikkan. Namun bagi Garda Pangan, itu adalah bahan baku berharga. Dalam sehari, satu dapur SPPG bisa menyetor 50–100 kilogram sisa makanan. "Paling banyak nasi dan sayur. Kalau lauk sedikit sekali," ungkap Dhedy.

Setiap karung berisi sampah makanan itu langsung diangkut menuju Puspa Agro, Sidoarjo. Di sana berdiri Fasilitas Pemulihan Material Garda Pangan dengan kapasitas pengolahan hingga 3 ton per hari. Sampah makanan kemudian 'dihidangkan' pada jutaan larva Black Soldier Fly (BSF), yang rakus mengunyah apa saja. Dari proses biokonversi ini, lahir pupuk organik dan pakan ternak.

Ke depan, Dhedy akan memperluas jangkauan kerja sama pengelolaan sampah sisa makanan MBG, khususnya di Kota Pahlawan. Karena menurutnya, program andalan Presiden Prabowo Subianto yang sedang dijalankan ini berpotensi menimbulkan timbulan sampah makanan dalam jumlah besar.

Berdasarkan data Kementerian PPN/Bappenas, potensi sisa makanan dari program MBG dapat mencapai 1,1–1,4 juta ton per tahun. Secara nasional, nilai kerugian akibat sampah makanan diperkirakan mencapai Rp213–551 triliun per tahun, setara dengan 4–5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Harapan kami, potensi sampah makanan MBG ini bisa dimanfaatkan dengan baik lewat metode maggot BSF, sehingga tidak menimbulkan masalah baru di sektor lingkungan," pungkasnya.

Editorial Team