Para Guru di Magetan Diajari Coding dan AI, Kendalanya Lab Komputer

- Program pelatihan guru terbagi dalam beberapa fase, mulai dari SD hingga SMK
- Tantangan infrastruktur sekolah yang belum merata, namun dapat diatasi dengan metode pelatihan berbasis aplikasi sederhana
- Kemendikbudristek ingin mewujudkan generasi yang melek teknologi sejak dini untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin digital dan canggih
Magetan, IDN Times – Para guru di Kabupaten Magetan kini tak lagi hanya mengajar pelajaran konvensional. Mereka mulai dibekali kemampuan baru untuk menghadapi era digital yaitu coding dan kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI).
Pelatihan ini merupakan bagian dari program nasional Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuannya, tak lain untuk menyiapkan para guru agar mampu mengajarkan KKA (Koding dan Kecerdasan Artifisial) kepada siswa di semua jenjang pendidikan.
"Program ini sudah disosialisasikan sejak tingkat SD, SMP, hingga SMA dan SMK. Tiap jenjang punya kurikulum dan materi berbeda," jelas fasilitator pelatihan, Heru Iriawan, saat ditemui di sela kegiatan pada SMPN 4, Selasa (15/7/2025).
1. Disiapkan dalam beberapa fase pembelajaran

Program pelatihan guru ini terbagi menjadi beberapa fase, mulai dari fase C untuk SD, fase D untuk SMP, fase E untuk SMA, dan fase F untuk SMK. Para peserta terlebih dahulu mengikuti pelatihan luring selama 5 hari, mencakup materi kurikulum, etika digital, hingga pemanfaatan AI. Setelah itu, mereka masuk ke tahap on-the-job training (OJT) selama kurang lebih 2,5 bulan, termasuk praktik mengajar nyata dan sesi evaluasi berbasis video.
“Para guru akan mengalami tiga tahap OJT, dan diakhiri dengan pelatihan in-service selama dua hari untuk menyempurnakan praktik mengajarnya,” tambah Heru.
2. Terkendala infrastruktur

Meski antusiasme tinggi, pelatihan ini tak lepas dari tantangan, terutama terkait infrastruktur sekolah yang belum merata. “Ada sekolah yang sudah punya laboratorium komputer, ada yang belum. Tapi itu masih bisa diatasi dengan metode pelatihan berbasis aplikasi sederhana, bahkan tanpa internet,” ungkap Heru.
Sementara itu, Rizki Dwi P, guru informatika dari SMPN Nguntoronadi, menyebut pelatihan ini sebagai tantangan baru, khususnya dalam memperkenalkan konsep AI kepada siswa yang belum terbiasa dengan komputer.
“Banyak siswa di wilayah pedesaan yang bahkan belum familiar dengan dasar-dasar komputer. Ini PR besar bagi guru untuk bisa menyampaikan materi koding dan AI dengan cara yang sederhana dan efisien,” kata Rizki.
Meski begitu, Rizki tetap optimistis. Pelatihan dasar saat ini jadi fondasi penting sebelum para guru benar-benar mengimplementasikan materi di kelas.
3. Targetkan literasi digital sejak dini

Melalui program ini, Kemendikbudristek ingin mewujudkan generasi yang melek teknologi sejak dini. Dengan bekal dari guru-guru yang telah dilatih, diharapkan siswa di seluruh Indonesia siap menghadapi tantangan zaman yang semakin digital dan canggih.
“Ini bukan sekadar tren, tapi kebutuhan masa depan. Dan semuanya sudah mulai dari Magetan,” tutup Heru.