Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bersama jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar cangkrukan dengan warga di Balai RW. (Dok. Pemkot Surabaya)
Pada era Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, lanjut Dian, mungkin sudah ditata sedemikian rupa. Tapi setiap pemimpin memiliki tantangan zaman yang berbeda. Saat ini tantangannya adalah perubahan teknologi yang sangat cepat. Apalagi setelah adanya pandemik COVID-19. Semua orang dipaksa untuk paham teknologi komunikasi.
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan pejabat itu, kata Dian, adalah melalui asesmen. Sebab dalam asesmen sangat lengkap untuk mengetahui kompetensi, minat, dan bakat seseorang. Apalagi bila konsep penilaian kinerja yang dipakai adalah 360 derajat, sebuah metode asesmen kinerja yang melibatkan atasan, rekan kerja, bawahan, sampai masyarakat.
"Dalam asesmen ada tes kemampuan dasar, ada tes wawancara, ada tes psikologi dan tes lainnya. Sehingga diketahui seseorang itu passionnya di mana, kemampuannya apa dan keterampilannya bagaimana. Sebab kemampuan dan keterampilan itu dua hal berbeda," jelasnya.
Menurut Dian, jika kemampuan itu diperoleh lewat pengalaman dan belajar. Sedangkan keterampilan diperoleh melalui ketekunan. "Bagian administrasi, itu cukup memiliki ketrampilan. Tapi jika bagian analisis itu perlu kemampuan dan ketrampilan. Itulah fungsinya asesmen," jelasnya.