Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ospek Bentak-bentak Viral, Unesa Akui Kurangnya Pengawasan

Ospek FIP Unesa yang viral di Twitter. Screenshoot Twitter/com/rafirizqu19

Surabaya, IDN Times - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengakui kesalahannya atas adanya ospek atau Perkenalan Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa Baru (PKKMB) yang melibatkan bentakan-bentakan di dalamnya. Saat ini Unesa tengah mengevaluasi diri agar kejadian serupa tak kembali terulang pada kemudian hari.

1. Ospek di video sudah terjadi sepekan lalu

Vinda Maya Setianingrum, Humas Unesa dalam acaraSosialisasi Penerimaan Mahasiswa Unesa dari Wuhan Rabu (12/2). IDN Times/Tarida Alif

Ketua Satuan Kehumasan (Unesa), Vinda Maya Setianingrum menjelaskan, video ospek online yang telah ditonton jutaan orang itu terjadi di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), tepatnya pada Rabu (9/9/2020). Ospek tersebut memang merupakan rangkaian dari PKKMB Unesa yang telah dimulai sejak Senin (7/9/2020). Namun, mengenai tata cara pelaksanaan ospek diserahkan ke masing-masing fakultas.

"Memang itu proses PKKMB kami pada Rabu. Kami PKKMB dari Senin 7 September. Hari Rabu itu rangkaiannnya di fakultas masing-masing," ujar Vinda, Selasa (15/9/2020).

2. Kampus akui kurangnya pengawasan

Ospek FIP Unesa yang viral di Twitter. Screenshoot Twitter/com/rafirizqu19

Namun, Vinda mengakui bahwa pihaknya kurang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ospek di tiap fakultas. Alhasil, metode kekerasan verbal itu pun terjadi di FIP hingga kemudian videonya diunggah di Twitter dan mendapatkan jutaan respons dari  para warganet.

"Kami kan ada 7 fakultas, semua online, kami memang tidak bisa melakukan pengawasan secara detail. Kami akan tetap memonitor tapi kejadian itu, memang kami baru tahu sejak viral itu," ungkapnya.

3. Kampus tidak membenarkan ospek dengan kekerasan verbal

Ospek FIP Unesa yang viral di Twitter. Screenshoot Twitter/com/rafirizqu19

Vinda menegaskan bahwa pihak kampus tidak pernah merekomendasikan mahasiswa menggunakan metode bentakan tersebut dalam pelaksanaan ospek. Ia mengakui bahwa bentakan merupakan kekerasan verbal yang tidak seharusnya digunakan apapun alasannya, apalagi dalam konteks akademik yaitu PKKMB.

"Kami sepakat sebagai institusi pendidikan tidak setuju adanya kekerasan dalam bentuk apapun. Ini evaluasi penting kami. Kami berterima kasih kepada setiap pihak untuk kritik dan sarannya. Kami sepakat kekerasan dalam bentuk apa pun verbal maupun nonverbal, online maupun offline tidak bisa dibenarkan," tegasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fitria Madia
EditorFitria Madia
Follow Us