Nestapa Nelayan, Tangkapan Ikan Menurun hingga Ancaman Konflik

Lamongan, IDN Times - Nelayan di Kabupaten Lamongan kerap dihadapkan dengan berbagai macam persoalan. Mulai ancaman konflik antar sesama nelayan saat mencari ikan di tengah laut, hingga hasil tangkapan ikan yang setiap harinya mengalami penurunan. Bahkan tak jarang dari mereka harus kembali dengan tangan hampa karena tak kembali modal. Kondisi ini tentunya sangat berdampak pada kesejahteraan nelayan.
1. Biaya pengeluaran lebih tinggi sementara hasil tangkapan ikan sedikit

Ketua Serikat Nelayan Lamongan, Imamur Rosyidin mengatakan, untuk biaya mencari ikan di laut nelayan harus menggeluarkan anggaran yang cukup besar untuk sekali melaut. Mereka nelayan harus pergi ke tengah laut yang jaraknya lumayan jauh untuk bisa memperoleh ikan. Sebab keberadaan ikan saat ini tidak lagi di pinggir seperti belasan tahun yang lalu.
"Sekarang tidak ada ikan di pinggir-pinggir pantai pasti di tengah laut. Nah untuk menuju ke sana nelayan butuh biaya besar," kata Rosyidin, Selasa (28/3/2023).
2. Di pesisir pantai berdiri bangunan penyebab rusaknya ekosistem laut

Rosyidin menuturkan, penyebab tak adanya lagi ikan di yang mendiami pesisir pantai dan karena beberapa hal, diantaranya, kawasan pesisir telah berdiri sejumlah bangunan-bangunan perusahaan sehingga mengakibatkan ekosistem alam laut rusak. Di pesisir pantai Lamongan sendiri saat ini terdapat perusahaan yang dibangun di kawasan pesisir tanpa mempertimbangkan kelangsungan hidup biota laut.
"Secara otomatis akan berdampak pada kelangsungan makhluk hidup di laut. Ditambah lagi hutan mangrove yang seharusnya menjadi tempat habitat ikan dibabat habis dijadikan lahan tambak ikan," terangnya.
3. Regulasi penggunaan alat tangkap ikan masih belum berjalan dengan baik

Selain itu, nelayan Lamongan kini juga diresahkan dengan keberadaan nelayan dari timur yang masih menggunakan mini trawl di wilayah-wilayah yang seharusnya dilarang. Pengunaan jaring mini trawl membuat alat tangkap ikan seperti jaring dan bubu rusak. Hal ini lah yang mengakibatkan nelayan rawan terjadi konflik.
"Masalah regulasi atau aturan penggunaan alat tangkap ikan juga dinilai masih belum diterapkan dengan baik oleh nelayan. Banyak nelayan yang menggunakan mini trawl yang harusnya digunakan di radius berapa mil tapi ini dipakai di wilayah nelayan tradisional yang pakai bubu dan jaring," pungkasnya