Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
20251126_101637.jpg
Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam seminar di Uinsa Surabaya. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Intinya sih...

  • Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai pusat peradaban Islam baru melalui gelaran International Conference on Indonesian Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya.

  • Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Indonesia harus menjadi produsen pemikiran Islam dunia, bukan hanya konsumen terhadap pemikiran-pemikiran negara lain.

  • Rangkaian seminar sebelumnya di Makassar dan Medan telah memetakan respons global dan menyusun langkah konkret untuk memperkuat peran Indonesia dalam diplomasi Islam di tingkat global.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times – Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai pusat peradaban Islam baru melalui gelaran International Conference on Indonesian Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Rabu (26/11/2025). Seminar bertema “Why Indonesia as a New Center of Muslim Civilization” ini menjadi rangkaian nasional yang digagas Kementerian Agama untuk memperkuat arah diplomasi Islam Indonesia di tingkat global.

Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai Indonesia sebagai pusat baru peradaban Islam telah mendapat perhatian besar dunia internasional. Menurutnya, gagasan tersebut harus diterjemahkan lebih sistematis dan berkualitas agar tidak hanya menjadi slogan, melainkan kerangka strategis yang diakui dunia Muslim.

“Kita sebagai Indonesia yang punya Presiden Pak Prabowo menjadi kiraan internasional. Deklarasinya itu dilanjutkan di hampir semua negara muslim. Jangan sampai nanti kita menjadi konsumen terhadap pemikiran-pemikiran mereka. Justru kita harus menjadi produsen,” tegas Nasaruddin.

Ia menjelaskan bahwa rangkaian seminar sebelumnya di Makassar dan Medan telah memetakan respons global dan menyusun langkah konkret untuk memperkuat peran Indonesia. Di Makassar, fokusnya adalah membaca reaksi media internasional, dengan narasumber dari Amerika Serikat hingga Palestina. Sementara di Medan, forum kemelayuan mengonsolidasikan negara-negara Asia Tenggara seperti Brunei, Malaysia, dan Singapura agar memiliki perspektif bersama.

“Supaya kita satu bahasa. Kalau ada penghalang di sekitar kita itu tidak produktif. Kita harus menghadirkan the power of we,” kata Menag.

Menurut Nasaruddin, Uinsa Surabaya dipilih sebagai tuan rumah karena Jawa Timur merupakan episentrum pesantren dan wajah Islam moderat Indonesia. Melalui forum ini, ia ingin menegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar bagian dari dunia Muslim, tetapi model peradaban Islam yang damai, demokratis, dan mampu beradaptasi dengan modernitas.

“Indonesia itu rising star. Orang-orang Timur Tengah sekarang justru ingin belajar Islam ke Indonesia, baik ekonomi Islam, demokrasi, politik, hingga ekonomi modern,” ungkapnya.

Ia mendorong agar buku-buku pemikiran Islam Indonesia diterjemahkan ke bahasa Arab sehingga menjadi rujukan dunia Islam, kebalikan dari tradisi masa lalu di mana Indonesia banyak belajar dari Timur Tengah.

“Buku-buku yang berbahasa Indonesia tentang Islam itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Orang Arab harus belajar Islam di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Rektor Uinsa Surabaya, Akh. Muzakki menegaskan bahwa penyelenggaraan konferensi ini merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Agama untuk memperkuat citra Islam Indonesia di tengah dinamika global yang semakin kompleks. “Atas arahan Pak Menteri Agama, kami menyelenggarakan seminar ini untuk membuka harapan bahwa di tengah tatanan dunia global yang tidak baik-baik saja, Islam Indonesia perlu ditampilkan,” ujarnya.

Muzakki menjelaskan bahwa diskusi akademik hari ini menghadirkan para peneliti dan pengamat Islam Indonesia, khususnya yang menilai peran pesantren sebagai laboratorium toleransi. “Jawa Timur adalah epicentrum bagi pesantren dan Islam Indonesia. Karena itu penting untuk dipertemukan lebih jauh,” lanjutnya.

Konferensi ini akan ditutup dengan Deklarasi Surabaya, yang dibacakan bersama mahasiswa internasional, sebagai bentuk dukungan akademik terhadap arah diplomasi Islam Indonesia yang digagas Presiden Prabowo dan diperjelas melalui visi Kementerian Agama. Deklarasi tersebut diharapkan menjadi pijakan baru bagi Indonesia dalam memantapkan diri sebagai pusat peradaban Muslim yang inklusif, modern, dan berpengaruh di panggung dunia.

Editorial Team