Lumajang, IDN Times – Siang itu, matahari sedang terik-teriknya. Sorot sinarnya tepat di atas ubun-ubun kepala. Tapi, panas yang terasa segera terpecah oleh angin yang menyusup dari lembah. Embusan angin menggoyangkan daun dan ranting pohon pinus. Membawa kesejukan di area ribuan Hunian Tetap (Huntap) Bumi Semeru Damai (BSD) di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Selasa (17/9/2024).
Tak banyak penghuni yang beraktivitas di luar rumah. Mereka memilih duduk di ruang tengah. Ada yang mengasuh anak, ada pula yang asyik bercengkerama dengan sanak. Kehidupan warga di huntap ini berangsur pulih. Setelah berbagai lika-liku dilalui. Mulai dari menyelamatkan nyawa dari erupsi Awan Panas Guguran (APG) dan lahar dingin Gunung Semeru, hidup di tempat pengungsian berbulan-bulan hingga relokasi ke bekas perkebunan cengkeh Sumbermujur.
Babak baru para penyintas bencana erupsi Gunung Semeru dimulai. Mereka harus jungkir balik beradaptasi di rumah baru seluas 6x6 meter yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) tersebut. Setelah rumah lama mereka hilang bersamaan dengan kampung halaman. Terkubur material erupsi Gunung Semeru yang terjadi 4 Desember 2021 lalu. Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, sebanyak 5.205 rumah dan ratusan bangunan umum rusak. 51 orang meninggal dunia dan 22 korban hilang.
Kini, mereka yang selamat, memilih menata diri. Membuka lembaran baru di Huntap Semeru. Memutar otak untuk mencari jenis pekerjaan baru. Demi asap dapur tetap mengepul. Mulai dari bertani hingga belajar berdagang. Membuka kelontong di sisa tanah huntapnya. Ada yang dulunya penambang pasir, memilih membuka usaha martabak. Ada pula yang beranjak bekerja ke kota, tapi ada yang tetap nekat kembali ke ladang, meski statusnya masih ‘merah’.
Jalan hidup para warga penghuni huntap memang berbeda-beda. Mereka tak bisa disamaratakan. Maklum, mereka bukan dari satu kesatuan tempat yang sama. Di sini ada warga dari tujuh dusun, dua desa dan dua kecamatan berbeda. Rinciannya, dari Kecamatan Candipuro, Desa Sumberwuluh ada Dusun Kebondeli Selatan, Kebondeli Utara, Kajar Kuning dan Kamar Kajang. Sedangkan dari Kecamatan Pronojiwo, Desa Supiturang ada Dusun Gumukmas, Curah Kobokan dan Sumbersari.
Dari tujuh dusun tersebut, Curah Kobokan dan Kajar Kuning menjadi yang terparah. Bahkan para penyintasnya masih menyimpan memori trauma. Kecamuk panas abu vulkanik gunung setinggi 3.678 meter itu masih menghantui, jeritan tetangga, dan teriakan anak-anak membuat mayoritas penyintas ogah kembali ke desa. Huntap pun menjadi kesempatan bagi mereka untuk membangun kehidupan.