Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250815-WA0101.jpg
Aksi mahasiswa tolak revisi RKUHAP di depan Kantor DPRD Jawa Timur, Jumat (15/8/2025). (IDN Times/Khusnul Hasana)

Intinya sih...

  • Mahasiswa BEM Surabaya aksi tolak revisi RKUHAP dan penulisan ulang sejarah di depan Kantor DPRD Jatim.

  • Tuntutan mahasiswa termasuk penyusunan ulang RKUHAP, menolak penulisan ulang sejarah, dan penegakan keadilan terhadap korban HAM 1998-1999.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Surabaya menggelar aksi di depan Kantor DPRD Jawa Timur, Jumat (15/8/2025). Mereka menolak revisi Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP) dan penulisan ulang sejarah.

Pantauan IDN Times di lapangan, massa aksi yang berjumlah sekitar 300 itu tiba di depan Kantor DPRD Jawa Timur sekitar pukul 15.30 WIB. Sebelum aksi, mereka berkumpul terlebih dahulu di depan Kebun Binatang Surabaya.

Saat tiba di kantor DPRD Jatim, mereka terlihat mengenakan alamater dari kampus masing-masing. Mereka juga terlihat membawa spanduk dan poster berisi tuntutan. Tak hanya itu, mahasiswa dari 9 kampus swasta di Surabaya ini juga membawa dan mengibarkan bendera 'One Piece'.

Koordinatir Aliansi BEM Surabaya Nasrawi mengatakan setidaknya ada empat tuntutan yang mereka bawa, pertama menuntut agar diadakan penyusunan ulang RKUHAP dengan memenuhi pelibatan partisipasi publik yang bermakna atau meaningful participation. Kedua, menuntut agar pengesahan RKUHAP tidak terburu-terburu.

"Karena dalam pasal tersebut banyak pasal-pasal yang bermasalah yang kami rasa kami ingin dari kawan-kawan perwakilan dari kawan-kawan aliansi PM Surabaya ini dilibatkan begitu untuk mewakili masyarakat," ungkapnya,

Ketiga, menolak penulisan ulang sejarah. Terutama sejarah yang menyangkut peristiwa 1998, termasuk kekerasan yang dialami oleh para perempuan Tionghoa.

"Kami menolak, menolak terkait dengan penulisan ulang sejarah. Karena kenapa, Karena di sana banyak poin yang kemudian itu yang sudah diakui oleh Presiden BJ Habibie," jelasnya.

Keempat, menuntut penegakan keadilan terhadap korban HAM 1998 dan 1999, serta menuntut agar presiden meminta maaf terhadap korban pelanggaran HAM.

"Kami sudah cukup pesimis terhadap penegakan terhadap HAM masa lalu. Walaupun kita teriak-teriak, hari ini kan bukan hanya kita yang teriak-teriak, sudah bertahun-tahun disampaikan . Seminimal-minimalnya, dia berani meminta maaf kepada rakyat Indonesia, kepada korban HAM," terangnya.

Nasrawi menambahkan, aksi tersebut seharusnya juga diikuti oleh perguruan tinggi negeri (PTN) di Surabaya. Terapi, entah mengapa mereka diri.

"Kemarin PTN ini menyepakati untuk turun. Namun enggak tahu ada penggembosan atau bagaimana tiba-tiba mereka mengkhianati," pungkasnya.

Editorial Team