Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_2025-07-27-23-48-32-70_6012fa4d4ddec268fc5c7112cbb265e7.jpg
Kericuhan pentas Seni dan Budaya Papua di Kya-kya Surabaya, Minggu (27/7/2025). (IDN Times/Khusnul Hasana)

Intinya sih...

  • Kericuhan di Kya-kya Surabaya dipicu penolakan mahasiswa Papua terhadap acara pentas seni dan budaya yang tidak melibatkan mereka.

  • Masyarakat Papua di Surabaya menggelar acara untuk memperkenalkan budaya Papua, tetapi mahasiswa merasa tidak dilibatkan sehingga mencoba menghentikan kegiatan.

  • Setelah dialog dan upaya meredam kegaduhan, sekelompok orang berlarian hingga ke area tenan dan pengunjung Kya-kya Surabaya, menyebabkan kerusuhan.

Surabaya, IDN Times - Kericuhan kegiatan Pentas Seni dan Budaya Papua yang terjadi di Kya-kya Surabaya dipicu karena mahasiswa Papua tidak dilibatkan dalam acara tersebut. Hal itu disampaikan Kasat Intelkam Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, AKP Amir Mahmud.

Amir menyebut, kegiatan yang diinisiasi oleh Alumni Papua Jawa Timur itu ditolak oleh mahasiswa Papua yang menempuh pendidikan di Surabaya. Mahasiswa merasa Alumni Papua tidak melibatkan mereka dalam dalam kegiatan tersebut.

"Ya, yang terjadi itu adalah penolakan dari adik-adik mahasiswa yang ada di Surabaya terhadap senior-senior mereka yang melaksanakan kegiatan pentas seni," ujarnya.

Kegiatan pentas seni ini awalnya bertujuan untuk mengenalkan budaya Papua kepada masyarakat Surabaya. Kegiatan itu digelar oleh masyarakat Papua yang tinggal di Surabaya.

"Sebetulnya pentas seni itu sangat bagus juga. Iya. Untuk mungkin mengakreditasi bahwa di Papua itu ada, memang masyarakat Papua yang ada di Surabaya," sebutnya.

Amir menyebut, karena merasa tidak dilibatkan, sekelompok mahasiswa itu berusaha menghentikan kegiatan. Saat berusaha menghentikan kegiatan, terjadilah kericuhan.

"Akhirnya mereka itu ya berusaha untuk menghentikan kegiatan tersebut, sampai terjadi aksi-aksi itu," sebut dia.

Beruntungnya, masyarakat sekitar dan pengunjung Kya-kya tak ada yang terpicu dengan kericuhan tersebut. Sehingga, kericuhan tak sampai meluas.

"Heeh. Alhamdulillah warga sekitar di sini tidak terpicu dengan keadaan seperti ini," pungkasnya.

Sebelumnya, acara pentas Seni dan budaya Papua yang digelar di Kya-kya Surabaya tiba-tiba ricuh. Kericuhan terjadi saat sekelompok orang mengaku mahasiswa Papua datang membubarkan acara.

Acara bertajuk seni dan budaya Papua itu digelar oleh Perkumpulan Alumni Papua Jawa Timur. Salah satu atlet nasional, Serafi Unani datang sebagai tamu utama.

Pantauan IDN Times di lapangan, acara yang dimulai pukul 18.30 awalnya berjalan lancar saja. Ada beberapa tokoh asal Papua datang dan juga perwakilan dari pemerintah kota.

Acara dimulai dengan penampilan dari band. Acara kemudian dilanjutkan dengan talkshow.

Di tengah-tengah talkshow tiba-tiba sekelompok orang datang. Mereka mengaku sebagai mahasiswa asal Papua. Kelompok orang tersebut meminta agar acara tersebut dihentikan.

Dialog pun sempat terjadi antar pihak penyelenggara dengan sekolompok orang tersebut. Sekelompok orang tersebut menyebut acara ini bukan datang dari orang-orang Papua.

"Sekalipun atas nama alumni, tapi kami tidak tahu alumni mana, kedudukannya di mana, pendiriannya kapan, kami tidak tahu. Bapak-bapak ini bukan alumni, ini masyarakat yang bekerja, sudah penduduk Surabaya, berati bukan orang Papua lagi," ujar salah satu dari kelompok orang tersebut.

Sekelompok orang tersebut merasa, orang-orang yang menggelar acara ini tidak pernah ada untuk mereka. Sebab, mereka mengaku selama ini mahasiswa Papua mendapat teror tetapi tak pernah mendapat bantuan.

"Kami juga mahasiswa ini (mendapat) diskriminasi tapi alumni -alumni itu ke mana, sebagai orang Papua ke mana selama ini," ujarnya.

Aparat kepolisian, TNI hingga Satpol PP pun datang. Mereka mencoba untuk meredam kegaduhan yang terjadi.

Tapi, tidak ada titik temu. Setelah dialog, tiba-tiba sekelompok orang itu pun berlarian ke arah kursi penonton. Kursi-kursi diporak-porandakan.

Seketika, para penonton dan tamu undangan yang hadir histeris. Mereka pun berlarian ke sana kemari. Bahkan, anak-anak yang hadir juga menangis. Ada pula penonton yang pingsan.

Sekelompok orang ini pun juga berlarian hingga ke area tenan dan pengunjung Kya-kya Surabaya. Pengunjung dan pedagang sempat panik.

Sebelum kerusuhan itu terjadi, Pengurus Alumni Papua Jawa Timur, Freek Cristiaan sempat mengatakan bahwa acara ini merupakan pentas seni dan budaya. Kegiatan tersebut ingin memperkenalkan budaya Papua ke Masyarakat Surabaya.

"Artinya kita dari masyarakat Papua ingin memperkenalkan budaya tari tarian kita kepada seluruh keluarga besar Jawa Timur khususnya yang ada di Kota Surabaya dan seluruh suku-suku yang ada kami undang untuk mengikuti acara," ujarnya.

Editorial Team