Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi vaksinasi massal Dok. Humas Pemkot Surabaya.

Surabaya, IDN Times - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut kasus aktif COVID-19 di Kota Surabaya saat ini amat tinggi, bahkan lebih tiinggi dari puncak gelombang pertama yang terjadi di tahun 2020. Untuk itu, Eri meminta bantuan berbagai pihak agar bisa turut mengkampanyekan protokol kesehatan dan mencegah penularan COVID-19.

1. Kasus COVID-19 di Surabaya tengah tinggi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menambah dua gedung lagi di Asrama Haji untuk isolasi pasien Covid-19. Dok. Pemkot Surabaya.

Eri menyebutkan bahwa, berdasarkan data Pemkot Surabaya, terdapat 2.671 orang yang terpapar COVID-19. Data ini merupakan data langsung hasil tracing di lapangan meski belum di-declare sehingga berbeda dengan data yang tercantum di Pemprov Jatim atau pun laman resmi Surabaya Tanggap COVID-19. Eri menyampaikan data tersebut pada pertemuan virtual dengan tokoh agama dan pengurus rumah ibadah di Surabaya, Senin (28/6/2021) malam. 

"Ini sungguh luar biasa, bahkan jauh lebih dahsyat dari awal kejadian yang pertama," ujar Eri.

2. Sebagian dirawat di rumah sakit, sebagian isolasi mandiri

Antrean pasien di IGD RSUD dr Soetomo Surabaya karena hampir semua rumah sakit rujukan penuh. Dok. Istimewa.

Eri memaparkan, dari total 2.671 orang tersebut, 1.489 di antaranya tengah menjalani rawat inap baik di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), Hotel Asrama Haji (HAH), serta rumah sakit rujukan COVID-19 lainnya. Sementara sisanya yaitu 1.182 tengah menjalani rawat jalan atau isolasi mandiri.

“Data ini harus saya sampaikan, tidak mungkin saya menutup-nutupi data ini. Makanya, saya nyuwun tulung (minta tolong) kepada semuanya untuk lebih waspada lagi,” tuturnya.

3. Varian baru juga menjadi ancaman

internet

Tak hanya jumlahnya yang sedang tinggi, Eri juga mengingatkan bahwa saat ini tengah menyebar varian baru COVID-19. Varian baru ini bukan hanya meningkatkan potensi penularan namun juga bisa menyerang anak-anak. Oleh karena itu, Eri meminta tokoh agama dan pengurus rumah ibadah untuk menyosialisasikan protokol kesehatan kepada para jemaah.

“Saya juga minta tolong jarak antar umat pada saat beribadah, tolong diberi jarak 1,5 meter, karena varian baru ini kalau kita tidak kuat, bisa langsung terpapar. Jadi, silahkan tetap beribadah, tetapi harus dijalankan protokol kesehatannya. Ini ikhtiar kita,” ungkapnya.

Editorial Team