Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Para pemilik Warung Kopi Cethol di Pasar Gondanglegi. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Malang, IDN Times - Penangkapan 6 orang pemilik Warung Kopi Cetol di Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang membuka tabir kelam di dalamnya. Ada 6 anak perempuan di bawah umur yang dipekerjakan sebagai pelayan. Tidak hanya bekerja sebagai pelayan saja, mereka tak jarang harus memenuhi permintaan mesum dari pria hidung belang yang datang.

1. Polisi membeberkan jika anak-anak ini mendapat uang tips Rp10 ribu sampai Rp60 ribu

Konferensi pers kasus TPPO dan eksploitasi anak di warung Kopi Cethol Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Wakapolres Malang, Kompol Bayu Halim Nugroho mengungkapkan jika anak-anak yang bekerja di Warung Kopi Cetol tidak hanya dipekerjakan sebagai pelayan saja, ada praktik prostitusi di sana. Mirisnya, mereka mendapatkan gaji yang tidak layak meskipun harus menggadaikan harga dirinya.

"Gaji mereka ini kisaran Rp600 ribu sampai Rp1 juta sebulan, tapi ada tarif lainnya (prostitusi) di kisaran Rp10 ribu sampai Rp60 ribu," terangnya saat konferensi pers di Mapolres Malang pada Senin (20/1/2025).

2. Tersangka mengatakan jika anak-anak ini dipekerjakan selama 6 jam

Para pemilik Warung Kopi Cethol di Pasar Gondanglegi. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Salah satu tersangka bernama Iswantini (54) Desa Sidorejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang mengakui jika ia memang mempekerjakan anak-anak. Para anak-anak ini bekerja selama 6 jam sehari melayani pria hidung belang.

"Mereka kerja dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore, kemudian ada yang dari jam 7 malam sampai jam 12 malam," ungkapnya.

3. Iswantini menampung anak-anak dan memberikan mereka makan

Para tersangka pemilik warung Kopi Cethol Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Iswantini mengaku jika awalnya ia tidak mau mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Tapi mereka mengatakan pada Iswantini sedang membutuhkan uang karena dari keluarga miskin, jadi atas dasar rasa iba itu ia menerima anak-anak ini.

"Sebenarnya anak-anak ini tidak mau saya pekerjakan, tapi mereka yang maksa (ingin kerja). Mereka saya tampung di rumah, saya kasih makan juga," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team