Kronologi Pembunuhan Mahasiswi UM Terungkap Setelah 2 Tahun 

Rabu (21/12/2022) pukul 22.00 WIB kawan Diah berinisial M mengontak Diah melalui ponsel, menanyakan perihal pengumpulan tugas kuliah. Mereka berdua dan seorang kawan lainnya terakhir kali bertemu secara langsung pada Minggu (18/12/2022) untuk mengikuti Car Free Day Jalan Ijen, Kota Malang. 

Masih di hari yang sama pada Rabu, Diah juga bertemu dengan kekasihnya berinisial L. Keduanya janjian bertemu untuk membeli makanan dan pulsa sebagai bekal Diah akan pulang kampung keesokan harinya. Keduanya lalu berpisah sekitar pukul 22.48 WIB.

Sementara malam itu, tidak jauh dari lokasi kos Diah, Hisyam yang merupakan pelaku saat itu berusia 17 dan tengah pesta minuman keras di rumah salah seorang teman. Pada pukul 01.00 WIB, ia pamit kepada teman-temannya dalam keadaan mabuk untuk membeli rokok ke warung. Alih-alih mendatangi warung, ia justru datang ke rumah kos milik sang nenek dan menyelinap dengan mudahnya karena sudah hafal denah rumah.

Dari keterangan Kasatreskrim Polresta Malang Kota, Kompol Danang Yudanto, pelaku terlebih dulu naik ke dapur di lantai 2 untuk mengambil pisau. "Kemudian turun ke lantai 1, membuka kamar nomor 6 untuk mencari barang berharga namun urung karena pintunya dalam keadaan terkunci. Sehingga ia bergeser ke kamar nomor 4 saat itu tidak terkunci dengan leluasa bisa masuk," jelasnya pada konferensi pers.

Korban yang dalam kondisi terlelap, seketika langsung membuka mata setelah mendengar suara orang masuk kamarnya. Pelaku yang memergoki Diah telah terbangun langsung menusukkan pisau ke dada kiri dan kanan korban. Kasur bahkan sampai jebol karena keduanya sempat terlibat pergulatan. Naas, meski telah melawan, korban tetap kalah hingga akhirnya meninggal dunia.

Pelaku naik kembali ke lantai 2 guna mencuci pisau yang penuh darah dan mengembalikannya ke dapur. Ia kemudian turun dan menghancurkan CCTV yang menyorot dirinya, lantas dibuang ke tong sampah. Pelaku kembali ke rumah teman pada 03.15 WIB untuk melanjutkan minum-minum. Hisyam tidak kembali ke sana dengan tangan kosong, nyatanya ia telah mengantongi ponsel Diah yang ia jual keesokan paginya 08.00 WIB kepada Abdul Kodir senilai Rp570 ribu.

Pada Kamis (22/12/2022) pagi, Diah sudah tidak bisa dihubungi siapapun. Padahal kepada sang kakak, ia sudah berjanji akan bertemu di stasiun untuk pulang kampung ke Ngawi. Kakak korban terus mencoba menghubungi namun tidak kunjung mendapat jawaban dari Diah. Hingga akhirnya pihak keluarga mendapati mayat Diah pada pukul 15.00 WIB di kamar kosnya.

Diah ditemukan mengenaskan, dengan luka tusuk di bagian dada sebelah kanan juga kiri mendekati jantung. Polisi langsung melakukan Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Pada jasad Diah kemudian dilakukan proses otopsi. Menurut keterangan dokter, Diah meninggal dunia akibat kehabisan darah.

Polisi telah memeriksa 9 saksi untuk dimintai keterangan, antara lain mulai dari ibu kos, teman kos, sampai pacar korban. Tapi polisi belum juga menemukan titik terang kasus ini. Saat itu, mereka sebenarnya juga sempat mencurigai Hisyam, namun nihil bukti kuat yang mengarah pada dirinya, apalagi setelah ia merusak CCTV di TKP.

Polisi membantah kasus ini sebagai kasus bunuh diri. Pasalnya, tidak ditemukan senjata tajam di dekat jasad korban. Meski begitu, keputusan polisi enggan menutup kasus ini akhirnya berbuah manis setelah 2 tahun. Puncaknya pada Kamis (9/5/2024), polisi mendapat saksi baru yang mengenali ciri-ciri pelaku setelah ditunjukkan rekaman CCTV yang masih tersisa. Rupanya saksi tersebut salah satu yang ikut minum-minum bersama pelaku pada malam kejadian.

Pelaku bahkan tidak kabur maupun berusaha sembunyi, selama 2 tahun ia masih di situ. Seolah tidak pernah melakukan tindak kriminal, kehidupan sehari-harinya berjalan seperti biasa. Ia yakin polisi tidak akan tahu perbuatannya karena terkendala dengan minimnya alat bukti.

Nyatanya, tidak ada kejahatan yang sempurna. Polisi berhasil membekuk Hisyam pada Senin (13/5/2024). Hisyam dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 365 Ayat 3 KUHP atau Pasal 76 C juncto Pasal 80 Ayat 3 Undang-undang (UU) Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. 

Hisyam terancam hukuman penjara seumur hidup, hukuman mati, atau penjara selama 20 tahun. Sementara Abdul Kodir dijerat dengan Pasal 480 KUHP tentang penadahan. Ia diancam dengan pidana penjara selama 4 tahun.