Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pemilu (IDN Times/Esti Suryani)

Malang, IDN Times - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Malang telah berakhir, hasilnya menunjukkan bahwa Pasangan Calon (Paslon) Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin menang dengan perolehan 203.257 suara, disusul paslon Mochammad Anton-Dimyati Ayatulloh dengan 132.266 suara, di posisi buncit adalah Heri Cahyono-Cahyono-Ganis Rumpoko dengan 74.147 suara.

Tapi mirisnya, hanya 428.323 orang atau 64,66 persen warga yang menggunakan hak suaranya, itupun 18.661 suara dinyatakan tidak sah. Artinya ada 232.421 orang atau 35,35 orang tidak menggunakan hak suaranya.

1. KPU Kota Malang akui tingkat partisipasi masyarakat jauh dari target

Wahyu Hidayat saat menggunakan hak suaranya di Pilkada Kota Malang 2024. (IDN Times/Ahnaf Lentera Jagad)

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang, M Toyyib akui jika partisipasi masyarakat pada Pilkada Kota Malang 2024 jauh di bawah target. Ia mengatakan jika awalnya mereka menargetkan sekitar 83 persen partisipasi masyarakat. Tapi nyatanya hanya 64,65 persen saja masyarakat yang memiliki hak suara yang datang ke bilik suara.

"Jujur saja kami melakukan sosialisasi tidak kurang-kurang, tapi saya tidak tahu fenomena apa ini yang membuat tingkat partisipasi hanya sekitar 64 persen. Tapi kami akan jadikan ini bahan evaluasi kedepannya," terangnya saat dikonfirmasi pada Rabu (11/12/2024).

Tentu Toyyib terkejut dengan jumlah golput pada Pilkada 2024, pasalnya pada Pilpres dan Pilleg tanggal 14 Februari 2024 lalu jumlah partisipasi masyarakat Kota Malang mencapai 82 persen. Artinya angka golput saat itu hanya 18 persen, tapi hanya dalam 9 bulan jumlah partisipasi tersebut merosot tajam.

2. Sepinya kampanye diduga jadi penyebab partisipasi masyarakat anjlok

Pengundian nomor urut Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang 2024. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Toyyib mengatakan ia tidak tahu pasti penyebab angka golput saat Pilkada 2024 baik tajam, tapi ia memperkirakan salah satu faktornya adalah jumlah jumlah calon yang hanya 3 orang. Jumlah paslon yang sedikit ini menyebabkan intensitas kampanye yang merosot dibandingkan saat Pemilu 2024 yang terdiri dari Pemilihan Calon Legislatif sampai Pemilihan Calon Presiden.

"Intensitas kampanye saat Pilwali (Pemilihan Calon Wali Kota Malang) lebih rendah. Berbeda dibandingkan saat Pemilu 2024 ada caleg kota sampai caleg provinsi yang banyak," bebernya.

Intensitas kampanye yang sedikit ini diduga menyebabkan antusiasme masyarakat Kota Malang untuk memilih calon kepala daerahnya menurun. Menurutnya ini akan jadi pertimbangan agar Pilkada Kota Malang 2029 tidak mengalami masalah yang sama.

3. Jumlah TPS yang dikurangi diduga jadi penyebab naiknya angka golput

Ilustrasi kotak suara di TPS Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Selain itu, berkurangnya jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berkurang sekitar 50 persen. Pada Pemilu 2024 jumlah TPS di Kota Malang mencapai 2.452 TPS, tapi pada Pilkada 2024 jumlah TPS hanya 1.188 saja. Padahal pada Pemilu 2024 pada 1 TPS hanya menampung sekitar 300 suara, sementara pada Pilkada 2024 pada 1 TPS harus menampung sekitar 600 suara. Kemudian, masyarakat juga harus menempuh jarak lebih jauh karena jumlah TPS yang lebih sedikit.

"Tapi kalau jumlah TPS saya kira tidak menyebabkan turunnya antusiasme masyarakat menurun. Itu kemungkinan hanya karena kontestannya yang lebih sedikit saja," pungkas Toyyib.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team