Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua KontraS, Andi Irfan. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Malang, IDN Times - Federasi Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mempertanyakan tidak adanya autopsi yang dilakukan tim dokter kepada korban meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. Padahal, autopsi penting dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian.

1. Banyak korban meninggal wajahnya membiru

Suasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Seperti banyak kesaksian dari korban selamat, korban meninggal rata-rata bagian wajahnya membiru. Ada juga yang meninggal dalam keadaan mulut terbuka. 

"Apakah dia meningggal karena gas air mata? atau meninggal karena kekerasan aparat, atau karena jatuh, meninggal karena jantung? Dari data korban yang saya terima informasinya semuanya, rata-rata tanpa autopsi," ujar ketua KontraS Andi. 

2. Dokumen kematian korban tidak disertai penyebab

Suasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Andi menuturkan, keluarga korban hanya menerima dokumen kematian dari rumah sakit. Dokumen tersebut tidak disertai dengan keterangan penyebab kematian. 

"Dari sejumlah korban, kami telah menerima dokumen meninggal dunia, memang tidak ada dokumen keterangan penyebab kematian," ungkapnya.

3. Tim dokter enggan menjawab

Suasana Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Pihaknya telah berusaha mengkonfirmasi tim dokter yang menangani korban meninggal. Mereka enggan memberi informasi mengapa korban tidak dilakukan autopsi. 

"Beberapa dokter yang dihubungi oleh teman-teman juga belum berani untuk memberikan informasi soal itu. Ini penting bagi keluarga," kata Andi. 

Atas hal itu, pihaknya sedang berkoodinasi dengan lembaga terkait yang menangani kasus ini untuk menindaklanjuti temuan-temuan tersebut. "Kan ada lembaga negara yang punya kewenangan menangani itu, nah KontraS sedang mengkoordinasikan dengan lembaga yang terkait," katanya.

Editorial Team