Patung sapi dekat olahan susu di Dusun Brau. (IDN Times/Ardiansyah Fajar).
Seorang warga yang sempat merasakan pusing tujuh keliling itu Suwito (60). Siang itu Suwito menatap mesra enam sapi perah yang ada di hadapannya. Dia mencoba mengenali sapi yang belum lama ia beli. Lima dari enam sapi itu masih tergolong anakan. Satu sapi sudah berusia indukan. Harapan besar disisipkan Suwito kepada enam sapi barunya itu.
"Enam ini baru semua, karena 11 sapi (perah) saya sudah mati semua," ucap Suwito sambil mengelus salah satu kepala sapi miliknya. Tatapan mata Suwito seketika berkaca-kaca, dia melanjutkan mengenang sapi-sapinya yang kalah dengan PMK.
Suwito tak ingin mengingat secara rinci waktu PMK mampir ke kandangnya. Yang jelas, tahun lalu dia kaget ketika sapinya mengalami gejala yang sama dengan sapi-sapi lain di sekitar Brau. Sapi milik Suwito tiba-tiba mengeluarkan air liur yang banyak dan enggan bergerak. Ketika dikasih makan pun sudah tak mau menyantapnya.
Awalnya hanya tiga sapi yang bergejala. Tapi dengan cepat semua sapi yang ia miliki di kandang punya gejala sakit yang sama. Dia bergegas melapor ke perangkat dusun. Laporan itu ditindaklanjuti ke KUD Kota Batu. Tapi, satu per satu sapi milik Suwito mati. Pengobatan juga sudah dilakukan, namun kondisinya terus memburuk.
"Matinya bergantian, kemudian ada tiga potong paksa," kata dia. Sapi-sapi yang mati karena PMK itu mendapatkan ganti rugi Rp10 juta tiap ekor sapi. Namun, syarat dan ketentuan tetap berlaku. "Kalau mati ada bukti dikubur dan kondisinya, itu mendapatkan ganti dari pemerintah. Kalau gak ada, ya gak dapat ganti rugi," ungkap Suwito.
Suwito hanyalah satu dari ribuan peternak sapi yang terdampak PMK. Data Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Batu, total ada sebanyak 4.856 sapi yang sakit karena PMK. Dari total jumlah tersebut, 944 sapi dilaporkan mati, 114 harus dipotong paksa dan 3.798 sapi dinyatakan sembuh dari PMK.
"PMK di Kota Batu awalnya terdeteksi pada Mei 2022, selanjutnya terus menyebar dengan cepat. Puncaknya pada Juni 2022. Kemudian mengalami tren turun pada kisaran Agustus 2022 hingga saat ini sudah nol kasus," terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Heru Yulianto.
Masuknya PMK di kandang peternak Kota Batu ini terbilang sedikit lama. Karena kasus pertama kali terdeteksi sudah sejak dua bulan sebelumnya di Kabupaten Gresik. Waktu itu dilaporkan ada sebanyak 402 ekor sapi yang tersebar di lima kecamatan dan 22 desa dilaporkan sakit pada 28 April 2022. Tak berselang lama, tepatnya pada 1 Mei 2022 dilaporkan 102 sapi sakit yang tersebar di tiga kecamatan dan enam desa di Kabupaten Lamongan.
Pada hari yang sama seperti di Lamongan, dilaporkan 595 sapi dan kerbau sakit di 11 kecamatan dan 14 desa di Kabupaten Sidoarjo. Penyakit ini terus meluas hingga masuk Kabupaten Mojokerto, sebanyak148 sapi sakit yang tersebar di sembilan kecamatan dan 19 desa. Kemudian diambil sampel dari saisapi yang sakit. Hasil uji laboratorium keluar pada 5 Mei 2022 yang menyatakan seluruhnya positif PMK.
Perjalanan PMK itu terus meluas hingga ke seluruh Jawa Timur. Tak terkecuali peternak Kota Batu yang ikut terdampak, termasuk Dusun Brau. Saking banyaknya ternak yang terjangkit PMK, beberapa tak terselamatkan alias mati. Namun,hewan ternak yang mati karena PMK tidak dibiarkan begitu saja oleh Pemkot Batu. Seperti penuturan Suwito, tiap peternak yang melaporkan kematian sapinya akibat PMK, maka akan diberi ganti rugi tiap ekornya sebesar Rp10 juta. Khusus sapi, pemkot sendiri sudah memberikan ganti rugi sebanyak 692 ekor.
"Total anggaran yang sudah kami bayarkan khusus sapi mati karena PMK sebesar Rp6.920.000," ungkap dia.
Tak hanya ganti rugi, pemkot juga memberikan bantuan khusus untuk peternak sapi perah. Bantuan itu berupa pakan. Totalnya hingga Agustus 2023 sebanyak 32.200 kilorgram (kg) pakan berupa pellet yang telah disalurkan kepada 3.700 ekor sapi.
Langkah yang dilakukan Pemkot Batu tentu sejalan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim melalui dinas peternakan (disnak). Berbagai upaya untuk menekan laju PMK terus dilakukan salah satunya dengan menggeber vaksinasi. Disnak tak sendirian untuk menggencarkan vaksinasi ke seluruh Jatim. Ada sebanyak 1.500 vaksinator tambahan dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) TNI 800 orang, nakes Polri 500 orang dan 200 orang mahasiswa. Mereka akan membantu dokter maupun petugas vaksinator dari Disnak Jatim.
Giat vaksinasi PMK sudah mencapai 93 persen dari yang dialokasikan. Diketahui, alokasi vaksinasi PMK di Jatim sebanyak 7.266.950 dosis. Sementara yang telah direalisasikan sebanyak 6.761.694 dosis yang disuntikkan kepada hewan ternak yang terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba dan babi.
"Jika dirinci lagi, sebaran vaksinasi PMK sudah tersebar di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, di tingkat kecamatan 98 persen dan tingkat desa/kelurahan sebesar 88 persen," kata Kepala Disnak Jatim, Indyah Ariyani.
Dari 88 persen desa/kelurahan yang telah mendapatkan vaksinasi PMK ialah sebanyak 7.462 tempat. Sementara 898 desa/kelurahan masih berproses mendapatkan layanan ini. "Memang ada desa-desa yang belum mendapatkan vaksinasi PMK, pertama karena memang masih proses, kedua di wilayah tersebut. Bagi yang proses itu segera kami lakukan percepatan. Tahun ini ditargetkan selesai," tegas perempuan yang karib disapa Indi ini.
Kendati ada wilayah yang masih dalam proses pemberian vaksinasi PMK, capaian vaksinasi PMK di Jatim menjadi tertinggi nasional. Jumlah 6.761.694 dosis vaksin yang disuntikkan itu jauh di atas Jawa Tengah sebanyak 2.108.449 dosis, Nusa Tenggara Barat sebanyak 1.928.787 dosis, Bali sebanyak 1.116.815 dosis dan Lampung sebanyak 968.431 dosis.
"Total vaksinasi PMK di Indonesia tahun 2022 – 2023 hingga Agustus sebanyak 17.565.437 dosis. Alhamdulillah, Jawa Timur berkontribusi 39 persen," kata Indi.
Dari kinerja vaksinasi PMK yang dilakukan di Jatim, Kementerian Pertanian mengganjar Pemprov Jatim dengan penghargaan Provinsi dengan Kinerja Vaksinasi PMK Terbaik Nasional. “Terima kasih buat nakes tim vaksinator yang telah bekerja keras di lapangan,” ucap Indi. Vaksinasi PMK yang digencarkan ini juga berdampak pada laju kasus wabah PMK di Jatim.
Data Disnak Jatim, sejak April 2022 hingga Agustus 2023 total sebanyak 199.972 ternak yang terjangkit PMK di 38 kabupaten/kota. Dari jumlah itu, 192.712 ternak dinyatakan sembuh, 4.412 dilaporkan mati, 2,707 potong paksa dan 139 masih sakit. "Puncak kasus terjadi pada Mei – Agustus 2022 dengan rata-rata kasus 6.000 kasus per hari. Setelah dilakukan intervensi rata-rata kasus di bawah 10 kasus per hari," kata Indi.
"Namun jika merujuk laporan harian kejadian PMK di Jatim, maka wabah PMK sudah dapat dikendalikan," imbuh Indi menegaskan. Memang, peternak yang sapinya terdampak PMK, kata Indi, dilakukan intervensi untuk recovery.
Bentuk intervensi pertama ialah kompensasi. Pemberian kompensasi terhadap kematian ternak dan pemotongan bersyarat akibat sakit PMK sebanyak 3.464 ekor ternak. Terdiri dari 3.429 sapi dan 35 kambing senilai Rp32.925.000.000. Kemudian ada bantuan pakan ternak, pemberian konsentrat disalurkan kepada 72.450 sapi perah terdampak PMKsebanyak 3.622 ton.
"Kami juga melakukan program inseminasi buatan gratis untuk 1.900.000 akseptor," Indi. Juga memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor peternakan sebesar Rp6,2 triliun. KUR telah 144.646 debitur pada 2022 dan tahun 2023 periode Januari – Mei sebanyak 26.098 debitur.