Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Naik Kelas Keripik Pisang Wiliyah, dari Jalanan Sidoarjo Menuju Eropa

Visang, keripik pisang milik UMKM Sidoarjo. IDN Times/Faiz Nashrillah

Sidoarjo, IDN Times - Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menimpa tempat kerjanya pada tahun 2019 lalu membuat Wiliyah Wiji Astutik risau. Kabar soal rekan yang diputus kontrak hampir setiap hari datang. Ketimbang terus-terusan cemas, buruh pabrik sepatu ini pun memilih keluar. ‘’Saya diyakinkan suami saya untuk memulai usaha daripada setiap hari deg-degan. Apalagi beberapa teman juga sudah mencoba dan hasilnya berhasil,’’ kata dia saat berbincang dengan IDN Times, Kamis (28/11/2024). Setelah menimbang berbagai usulan ide usaha, Wili akhirnya menjatuhkan pilihan pada keripik pisang. Oleh sang mertua, Wili kemudian diwarisi sebuah resep keripik pisang. 

Meski sempat ragu, Wili pun mulai mencari pasar. Saban hari ia berkeliling kampung menggunakan motor. Incarannya adalah sekolah-sekolah di dekat tempatnya tinggal, di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. ‘’Target utama adalah ibu-ibu pengantar anak sekolah di Krian dan warung kopi. Saya datangi ibu-ibu yang sedang ngerumpi, saya ikut nimbrung,’’ kata dia. 

Sayangnya, satu bungkus keripik pisang yang dihargainya Rp10 ribu itu tak langsung mendapat respons baik dari para calon pembeli. Bahkan, tak sedikit yang langsung menolak karena menilai kemahalan. Beruntung, ada juga pembeli yang memuji produknya. Meski agak mahal daripada produk serupa, Wili yakin keripik pisang miliknya punya keunggulan. ‘’Lebih renyah, rasa manisnya pun tak membosankan,’’ ujarnya meyakinkan. 

Bulan-bulan pertama ia laluinya dengan berat. Ada hari di mana jualannya laku. Di hari lain tak satu rupiah pun ia bisa bawa pulang. Tapi Wili menolak berhenti. Ia terus mencari pasar baru.

Kegigihannya berbuah manis. Menjelang setahun usia usahanya, produk Wili yang ia beri merek Visang ini mulai jadi primadona. ‘’Yang saya konsisten lakukan sampai hari ini adalah bebas ongkir untuk wilayah yang memungkinkan untuk saya jangkau. Itu yang tidak dilakukan mungkin oleh produsen lain,’’ kata dia. Selain langsung mengantarkannya kepada pembeli, Wili juga menitipkan keripik pisang miliknya ke beberapa toko. Dalam waktu kurang dari dua tahun, ia mengaku sudah bekerjasama dengan puluhan toko sebagai agen. 

Yang juga sangat ia syukuri adalah saat pandemi Covid-19 datang, usahanya sama sekali tak surut. Sebaliknya, keripik pisang miliknya malah makin digemari. Bahkan, instansi pemerintah di Sidoarjo pun kerap mengajaknya bekerja sama. 

Peningkatan skala usaha tak membuat Wili puas, ia justru makin tertantang untuk lebih profesional. Akhirnya ia ditawari untuk masuk sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 2020. Kesempatan ini tak disia-siakannya. Selain jejaring, ia juga berharap bisa mendapat berbagai pengetahuan baru tentang mengelola usaha. ‘’BRI ini kan bukan hal baru, saya sudah jadi nasabah sejak SMA.’’

Pelatihan dari BRI, kata Wili, banyak membuka matanya tentang dunia usaha. Salah satu yang langsung ia terapkan adalah soal teknologi pengemasan atau packaging. Sepulang dari pelatihan, Wili memutuskan untuk memoles produknya. Ia mengubah kemasan bungkus plastik biasa menjadi pouch. Meski cuma keripik pisang, Wili ingin jajanan ini bisa naik kelas. ‘’Nah, setelah tahun 2022 pakai pouch itu langsung terpilih mewakili UMKM Jawa Timur di tingkat nasional. Saya ikut pameran di Yogyakarta,’’ kata dia. Kemasan yang lebih rapi ini juga membawa Visang bisa masuk ke minimarket dan pusat oleh-oleh di Sidoarjo dan Surabaya. ‘’Kalau Indomaret di Sidoarjo sudah 20 toko. Ada juga yang sudah di beberapa toko oleh-oleh seperti Lapis Kukus Surabaya.’’

Pencapaian itu lagi-lagi tak bikin Wili merasa di atas angin. Sejak tahun lalu ia mencoba sesuatu yang banyak diimpikan oleh banyak pengusaha: ekspor. Cerita ini bermula saat ia berkenalan dengan sebuah komunitas pengusaha lokal yang berbasis ekspor. Setelah mendapat berbagai pelatihan dan pencarian pembeli, pada Juli 2023 lalu, Visang akhirnya resmi menjadi komoditas ekpor. ‘’Jadi ada gabungan 30 UMKM. Saya dapat jatah 100 bungkus. Alhamdulillah bisa ekspor ke Malaysia. Responsnya pun bagus, banyak yang minta repeat order,’’ kata dia. Setelah berhasil menembus Malaysia, secara berturut-turut, produknya dikirim ke beberapa negara Asia lain, yaitu Hongkong, Filipina, dan Cina. 

Tentu saja, kata Wili, proses ini juga terus mendapat pendampingan dari BRI. Penawaran pembiayaan hingga pelatihan ekspor terus digalakkan BRI untuk para mitra binaannya. Pada 20-22 November 2024 lalu misalnya, ia mengikuti pelatihan ekspor untuk UMKM yang digagas oleh BRI dan Kementerian Perdagangan. 

Kini, Wili menatap rencana besar lain, yaitu pasar eropa. Dengan pendampingan dari BRI dan komunitas UMKM, ia kini tinggal menunggu waktu bisa membawa jenama atau brand miliknya terbang ke Belanda. ‘’Doakan saja mas, semoga bisa ke sana,’’ ujarnya sumringah. 

Di sela-sela kesibukannya memenuhi pesanan, Wili mengaku terkadang masih tak percaya dengan pencapaiannya hari ini. ‘’Siapa yang menyangka, dulu produksi pisang cuma sedikit, sekarang bisa 100 kilogram sehari. Saya juga tak pernah kepikiran, dulu keliling kampung jualan dibantu suami, sekarang ada 14 karyawan. Yang penting kita bisa terus jaga kualitas,’’ ujarnya. 

Indonesia butuh lebih banyak sosok seperti Wiliah untuk mendukung kemandirian ekonomi. Impian ini juga sejalan dengan rencana besar BRI untuk mendukung UMKM Go Internasional. Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto mengungkapkan bahwa BRI selalu mendorong agar UMKM tak sekadar jago kandang tapi juga tembus ekspor. Kegiatan ekspor, kata Catur, menjadi kesempatan emas bagi UMKM untuk mengakses pasar global dan mengembangkan usaha agar bisa naik kelas. Terlebih kontribusi UMKM Indonesia terhadap ekspor juga belum banyak, hanya 15,7 persen. Sementara negara tetangga seperti Singapura punya UMKM yang bisa menopang ekspor hingga 41 persen.  

Hal senada juga dikatakan oleh Branch Manager BRI Sidoarjo, Sudono. Menurut dia, BRI selalu menjadi garda terdepan bagi UMKM yang ingin naik kelas, terutama yang ingin tembus pasar ekspor. Selain pembiayaan, mereka secara rutin menggelar pelatihan.

"Kalau pelatihan bisa langsung ke Rumah BUMN. Jika butuh pinjaman bisa langsung ke BRI terdekat," kata dia, Rabu (20/11/2024), usai menjadi pembicara dalam pelatihan ekspor UMKM. Melalui berbagai pelatihan itu, dia berharap bisa membuat usaha para mitra BRI bisa berkembang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us