Lumajang, IDN Times - Syukur (65), penggali pasir di aliran lahar Gunung Semeru mengaku tidak terlalu kaget menghadapi bencana. Sejak 1965, hingga saat ini, rumahnya sudah 7 kali rusak diterjang luapan banjir akibat erupsi Gunung Semeru.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, sejak tahun 1960-an, memang terjadi erupsi Gunung Semeru secara beruntun pada 1963, kemudian di tahun 1967-1969 dan 1972-1990. Selanjutnya tercatat meletus pada 1992 dan 1994. Pada tahun 1994 Gunung Semeru juga tercatat meletus sebanyak 9 kali dan menjadi letusan terbesar.
"Rumah saya sudah tujuh kali rusak terkena banjir lahar Semeru mulai tahun 1965," kata Syukur saat ditemui IDN Times saat mengungsi di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Senin (6/12/2021). Beruntung, saat gunung Semeru kembali mengeluarkan abu vulkanik secara mendadak pada Sabtu (4/12/2021), Syukur bersama istrinya telah mengungsi di Kantor Desa Sumberwuluh.