Khofifah-Emil Ungkap Alasan Usung Gerbang Baru Nusantara

Surabaya, IDN Times - Gerbang Baru Nusantara kerap digaungkan Pasangan Calon (Paslon) Gubernur - Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak selama gelaran Pilgub Jatim 2024 ini. Bahkan, dalam debat ketiga, keduanya membentangkan poster tulisan tersebut.
Calon Gubernur (Cagub) Khofifah pun buka suara terkait tagline Gerbang Baru Nusantara. Ia menyebut, Jawa Timur saat ini telah menempati posisi strategis terutama dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
“Mulai tahun depan Presiden Prabowo akan mulai memboyong ASN ke IKN. Maka kebutuhan logistik, arus transportasi juga akan semakin meningkat,” ujarnya.
Saat ini Jatim, kata Khofifah, adalah pusat perdagangan, pusat logistik nasional juga lumbung pangan nasional. Hal ini didukung dengan adanya 70 persen trayek tol laut dari Jawa Timur. Selain itu Jatim menopang kebutuhan bahan pangan di 20 provinsi di Indonesia Timur.
Rincinya, Pelabuhan Tanjung Perak melayani 19 rute dari 39 rute tol laut. Sehingga hampir 80 persen logistik di 20 provinsi Indonesia Timur disuplai dari Jawa Timur.
Khofifah menambahkan, Jawa Timur menjadi satu-satunya provinsi yang diberi kewanangan untuk mengelola dua Pelabuhan sekaligus, yaitu Pelabuhan udara Abdul Rachman Saleh di Malang dan juga Pelabuhan New Tanjung Tembaga di Probolinggo.
“Kami berkomitmen untuk membangun interkoneksitas di seluruh wilayah Jatim,” kata Khofifah.
Terkait konektivitas, sambung Khofifah, di pemerintahan periode pertama pihaknya sudah merealisasikan Trans Jatim dengan lima koridor. Koridor 1 Trans Jatim sudah melayani Surabaya Raya, yaitu Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik.
Kemudian koridor 2 sudah melayani trayek Mojokerto-Surabaya. Dan ada Koridor 3 melayani rute Mojokerto–Gresik. Berikutnya Koridor 4 Trans Jatim melayani rute bus yang menghubungkan Kabupaten Gresik dengan Kabupaten Lamongan. Dan Trans Jatim Koridor 5 yang melayani rute Surabaya-Bangkalan Madura.
“Dalam dua tahun lagi kita akan menambah lima koridor lagi untuk Trans Jatim di wilayah Gerbangkertasusila Plus. Dan selanjutnya juga akan dikembangkan Bus Trans Jatim untuk wilayah Madiun Raya, Malang Raya dan Jember Raya,” tegas Khofifah.
Tak hanya itu, salah satu kemajuan sektor transportasi Jawa Timur adalah tapakan babak sejarah baru dengan disahkannya dokumen Sustainable Urban Mobility Plan (SUMP) Gerbangkertasusila Plus.
Dokumen ini, kata dia, sangat penting sebagai landasan untuk realisasi perencanaan jaringan transportasi di wilayah Gerbangkertasusila Plus baik untuk Surabaya Regional Railway Line (SRRL), Mass Rapid Transit (MRT), Kereta Rel Listrik (KRL), Autonomous Rail Rapid Transit (ART), Bus Rapid Transit (BRT).
Sementara itu, Cawagub Emil menyampaikan, *atim saat ini ada di posisi sebagai provinsi penggerak ekonomi nasional. Saat ini Jatim juga menjadi penyumbang 22 persen lebih untuk industri manufaktur. Selain itu Jatim saat ini adalah lumbung pangan nasional.
“Maka sebagai provinsi pusat industri dan pusat pangan maka konektivitas Jatim dengan pulau pulau yang ada di luar Jawa maupun di internal Jatim harus dilakukan. Karena Jatim sangat berpotensi menjadi pusat logistik,” tegas Emil.
Maka, kata Emil, Gerbang Baru Nusantara bukanlah sekadar tagline semata. Hal ini akan menjadi realita yang ada ke depannya. Penunjang di dalam provinsi terus diperkuat. Seperti infrastruktur yang akan terus menyambung.
Terbukti, sambung Emil, jaringan jalan sebagai sarana interkoneksi wilayah di kawasan selatan Jatim semakin menujukkan progress. Pembangunan jalan Pantai Selatan (Pansela) atau Jalan Lintas Selatan (JLS) Jatim yang telah terbangun sepanjang 386,91 kilometer.
Diketahui, Pansela ini melintas di delapan kabupaten mulai dari Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan juga Banyuwangi.
"Saat ini juga ada yang sedang progress kontruksi adalah Blitar sepanjang 17,3 km, di Tulungagung 13,26 km, di Malang sepanjang 3,94 km. Targetnya tuntas di tahun 2025," terangnya.
Masih dalam hal infrastruktur dan transportasi, kini Jatim juga sudah memiliki Bandara Internasional Dhoho Kediri, yang bisa menampung 1,5 juta penumpang per tahun pada tahap awal, dan 10 juta penumpang per tahun pada tahap akhir.
“Jatim senantiasa siap untuk wujudkan jatim sebagai gerbang baru nusantara,” pungkas Emil.