Surabaya, IDN Times - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, membeberkan sejumlah penyebab mengapa tindak kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur masih tinggi. Salah satu rumpun masalahnya adalah pernikahan usia anak.
“Sebetulnya mungkin nikah usia dini, karena memang tertinggi di Jawa Timur secara nasional,” kata Khofifah dalam wawancara khusus bersama IDN Times, Kamis (21/3). Menurut Khofifah, pernikahan usia anak berujung pada perceraian hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Mantan Menteri Sosial RI itu sempat mengumpulkan sejumlah Ketua Pengadilan Agama di Jawa Timur. Pasalnya, dia melihat banyak dispensasi perkawinan (diska) yang diberikan kepada pemohon.
“Saya kumpulkan di ruangan ini (Ruang Grahadi), beberapa Ketua Pengadilan Agama Kabupaten juga. Saya sampaikan untuk menyisir nikah dini usia karena mereka banyak kasus diska,” ulas dia.
Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, Khofifah mengetahui ternyata 80 persen diska diberikan karena pemohon sudah hamil terlebih dahulu.
Dia memaparkan, “Diska itu perempuan yang minta dispensasi mau nikah sebelum 16 tahun. Lalu, 80 persen dari diska sudah hamil gitu. Jadi kalau sudah hamil, gak mungkin gak diberi dispensasi, masalahnya bisa lebih berat lagi.”
Sebagaimana diketahui, Jawa Timur menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan perceraian tertinggi, disusul oleh Jawa Barat. Data yang dipegang Khofifah, Malang dan Banyuwangi menjadi penyumbang perceraian terbesar. “Tertinggi di Malang dan Banyuwangi, ada spesifik kecamatannya,” imbuhnya singkat.
Pernikahan usia anak yang berujung kepada kekerasan, sambung Khofifah, disebabkan oleh kemiskinan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Karena itu, ia berjanji untuk berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Jawa Timur.
“Kenapa setiap saya ketemu siapapun yang menawarkan program, tolong ya 10 kabupaten ini, tolong ya 10 kabupaten ini. Jadi kalau tidak diintervensi secara komprehensif, gak selelsai masalahnya,” tutup Khofifah.