Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251122-WA0164.jpg
Gus Yahya saat tiba di Rakor Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia di Hotel Navator Surabaya, Sabtu (22/11/2025).

Intinya sih...

  • Ketum PBNU Gus Yahya membantah tuduhan afiliasi dengan zionis dan penerimaan gratifikasi sebesar Rp900 miliar.

  • Gus Yahya mengakui pernah bertemu dengan jajaran pemerintah Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, namun tetap dipilih sebagai ketua umum pada Muktamar 2021.

  • Hasil rakor bersama PWNU menunjukkan bahwa perwakilan PWNU se-Indonesia tidak menghendaki mundurnya Gus Yahya dari jabatan Ketua Umum PBNU.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf buka suara terkait banyaknya tuduhan terhadap dirinya. Tak hanya dugaan beraliansi dengan zionis tapi juga terdapat tudingan penerimaan gratifikasi.

Gus Yahya--sapaan karib Ketum PBNU- pun mengaku sudah kebal dengan tuduhan tersebut. Ia pun tidak mau bertindak gegabah. Termasuk isu pemakzulan dirinya dari kursi ketum.

"Saya tidak mau berprasangka ya. Sebelum ini itu rumor sudah ndak karu-karuan. Saya sudah dengar rumor. Macam-macam tuduhan kepada saya, begini begitu, saya makan duit Rp900 miliar, saya macam-macam itu sudah keluar. Tapi saya tidak mau bertindak atas dasar rumor atau prasangka," tegasnya usai rakor bersama PWNU se-Indonesia di Surabaya, Minggu (23/11/2025) dini hari.

"Itu saja ya. Kalau jelas baru saya mau ambil sikap. Kalau enggak jelas saya ndak mau, saya enggak berani. Apalagi mencatut NU;" tambah Gus Yahya.

Sebelumnya, Gus Yahya pun buka suara mengenai tudingan yang bermunculan di media sosial terkait dugaan afiliasi dengan zionis. Ia pun mengakui bahwa pernah bertemu dengan jajaran pemerintah Israel, dalam hal ini Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Saya itu tahun 2018 sudah pernah pergi ke Israel. Saya bertemu Netanyahu, saya bertemu dengan Presiden Israel, saya bertemu dengan berbagai elemen di sana di dalam berbagai forum," ungkapnya.

Gus Yahya menambahkan, pertemuan yang dilakukannya itu pun disampaikan secara terang-terangan. Hingga akhirnya, ia tetap dipilih sebagai ketua umum. "Tapi tahun 2021 Muktamar, Ketua Cabang dan PWNU memilih saya. Mereka sudah tahu saya sudah sudah pernah ke Israel sudah ketemu dengan Netanyahu mereka memilih saya," tegasnya.

"Kenapa? Karena mereka tahu dan sampean bisa lihat juga di berbagai unggahan di internet apa yang saya lakukan di Israel pada di Yerusalem pada waktu itu," tambahnya.

Gus Yahya menekankan dalam pertemuannya itu, ia tidak membawa kepentingan pribadi atau golongannya. Tapi membawa nama Palestina, sebuah bangsa dan negara yang bertahun-tahun dijajah oleh Israel.

"Bahwa, saya dengan terang-terangan dan tegas di berbagai forum di Yerusalem pada waktu itu, bahkan di depan Netanyahu dalam pertemuan itu, bahwa saya datang ke sini demi Palestina," tegssnya.

"Itu saya nyatakan di semua kesempatan dan saya tidak akan pernah berhenti dengan posisi ini, apapun yang terjadi," tambah dia.

Sementara mengenai hasil rakor soal risalah hingga pemakzulan, Gus Yahya mengatakan hasil rapat koordinasi di Surabaya, perwakilan PWNU se-Indonesia yang hadir tidak menghendaki dirinya mundur dari jabatan Ketua Umum PBNU.

"Pertama-tama mereka mengatakan tidak mau saya mundur. Mereka khawatir saya mundur. Karena mereka dulu memilih saya, mereka akan kecewa kalau saya mundur," tuturnya.

Kakak kandung dari Eks Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu juga menegaskan tidak akan mundur dari jabatan Ketum PBNU, meski isu pemakzulan terhadap dirinya kini menjadi sorotan publik.

"Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur, karena saya mendapatkan amanat dari Muktamar ini untuk 5 tahun. Ya, pada muktamar 34 yang lalu saya mendapatkan mandat 5 tahun," pungkasnya.

Editorial Team