Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250814-WA0105.jpg
Keris milik Presiden Prabowo Subianto saat berada di Surabaya. (Dok. Panitia pelaksana pameran keris Prabowo)

Intinya sih...

  • Keris koleksi Presiden Prabowo Subianto dipamerkan di Surabaya

  • Kedua keris bergaya khas Bali, satu dari Bali Utara dan satunya dari Klungkung

  • Pameran bertujuan mengubah stigma negatif terhadap keris di kalangan generasi muda

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Dua bilah keris koleksi Presiden RI Prabowo Subianto dipamerkan dalam pameran dan bursa keris di Main Atrium Lantai 2, Fairway Nine Mall Surabaya yang digelar pada 14-17 Agustus 2025. Pameran tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Ethnic Indonesia.

Kedua pusaka tersebut kini menjadi koleksi Fadli Zon Library, setelah dihibahkan langsung oleh Presiden. Menariknya, keduanya bergaya khas Bali, satu berasal dari Bali Utara dan satunya lagi dari Klungkung, dengan nilai sejarah yang sangat kuat.

Staf Khusus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan, Basuki Teguh Yuwono, mengatakan kedua keris ini tidak hanya berharga secara estetis, tetapi juga sarat makna historis. Pusaka ini sudah kerap tampil di berbagai pameran, mulai dari Tulungagung, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Solo, Kebumen, hingga Bali.

"Keris-keris ini merupakan koleksi pribadi Pak Presiden dan telah dibawa ke berbagai negara. Beliau sangat peduli dan konsen terhadap budaya perkerisan,” ujarnya.

Keris bergaya Bali Utara memiliki ukuran besar, disebut Birowo di Jawa, dan memenuhi karakteristik keris dalam di lingkungan puri atau kraton Bali, dengan kualitas garap istimewa dan kelengkapan risik sesuai tradisi Bali. Sementara keris dari Klungkung merupakan pusaka agung khas daerah tersebut, dengan pola pengerjaan yang rapi dan detail.

Keduanya pernah melalui proses konservasi pada bagian sarungnya, dihias dengan ukiran bertema dunia pewayangan, menggunakan perpaduan perak dan emas silih asih, warangka dari gading, dan hulu yang juga terbuat dari gading. Salah satu hulunya dibuat oleh seniman ternama Ide Bagus, berbentuk figur pertapa tua dengan ukiran halus dan detail tinggi.

Menurut Basuki, kehadiran keris Prabowo di pameran tersebut mewakili semangat Presiden dalam mendukung pelestarian warisan budaya. “Ini adalah bentuk dukungan pemerintah untuk bersinergi dengan semua pihak, termasuk komunitas perkerisan, agar generasi muda semakin mengenal budaya bangsa,” jelasnya.

Melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas seperti Etnik Indonesia, pesan budaya ini tak hanya tersampaikan di dalam negeri, tetapi juga menjangkau masyarakat internasional lewat strategi pemasaran dan edukasi yang kreatif.

Sementara itu Ketua Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi, Rivo Cahyono Ketua Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi, mengungkapkan bahwa pameran ini bertujuan untuk mengubah stigma negatif terhadap keris di kalangan generasi muda. Impian besarnya untuk mengubah cara pandang generasi muda terhadap pusaka Nusantara.

Menurutnya, pusaka seperti keris bukan sekadar benda magis yang lekat dengan stigma negatif, melainkan teknologi masa lalu yang sarat kreativitas, doa, dan karya leluhur untuk tujuan mulia. “Dulu pusaka adalah teknologi yang dimuliakan. Digunakan untuk memperjuangkan kehormatan, wilayah, dan melawan penjajah. Sayangnya, sekarang banyak generasi muda melihatnya hanya dari sisi mistis yang negatif,” ujarnya.

Sebagai konten kreator, Rivo bertekad mengangkat kembali kebanggaan pada pusaka melalui pendekatan kreatif. Ia ingin menggabungkan nilai historis pusaka dengan teknologi masa kini agar generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga bangga terhadap warisan budaya sendiri.

“Jangan hanya bangga dengan teknologi negara lain, mari bangga melestarikan pusaka Nusantara,” tegasnya.

Ia menyebut, pameran ini merupakan yang pertama digelar dan direncanakan menjadi agenda tahunan setiap peringatan kemerdekaan. “Harapannya, setiap tahun kita bisa rayakan kemerdekaan dengan menghidupkan kembali kebanggaan pada budaya dan pusaka kita,” pungkasnya.

Sementara itu Direktur Sarana dan Prasarana Kementerian Kebudayaan RI, Feri Arlius, menilai sinergi ini merupakan langkah penting dalam menguatkan posisi budaya Indonesia di kancah global. “Di sini ada dua teknologi yang berkolaborasi yakni, pameran keris yang merupakan teknologi abad lalu dan masih bertahan, serta game dan platform digital masa kini. Ditambah penampilan gamelan yang kompleks luar biasa, ini menjadi event yang mencakup seni, budaya, dan teknologi,” ujar Feri.

Ia menegaskan bahwa kebudayaan adalah kekuatan halus yang mampu memengaruhi dunia tanpa kekuatan militer. Menurutnya, negara lain telah lama memanfaatkan kekuatan halus untuk mempengaruhi budaya bangsa lain, mulai dari animasi hingga musik. “Kita pernah ‘dijajah’ secara soft power oleh tokoh-tokoh seperti Drakor, dan komik Jepang,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, mengapresiasi terselenggaranya acara kolaboratif yang memadukan pameran keris, budaya gamelan, dan kegiatan gaming. Perpaduan unsur tradisi dan hiburan modern ini menjadi bukti Surabaya sebagai kota yang mampu menerima berbagai bentuk kreativitas warganya.

“Siang ini ada kolaborasi, di mana ada pameran keris, ada budaya gamelan, dan acara gaming. Gamelan sekarang ini justru mulai digandrungi oleh anak-anak Gen Z dan milenial,” ujar Armuji.

Ia menekankan bahwa keberadaan pameran keris dan games sangat penting untuk menjaga warisan budaya. Keris, yang merupakan bagian dari budaya masa lalu, jarang ditampilkan dalam kegiatan publik. Begitu pula gamelan, yang usianya sudah ratusan tahun, bahkan ada yang berasal dari era tahun 700 Masehi, seperti gamelan Mataraman dan gamelan dari Trowulan.

“Dengan kegiatan seperti ini, kita bisa mengingatkan anak cucu kita bahwa dulu gamelan digunakan dalam jamuan, kegiatan umum, dan acara para raja. Ini perlu kita sosialisasikan kembali,” tambahnya.

Armuji menegaskan, Pemerintah Kota Surabaya akan terus mendukung berbagai kegiatan yang menghidupkan kembali budaya sekaligus memberi ruang bagi pelaku usaha dan komunitas kreatif. “Kegiatan seperti ini menambah semarak, menunjukkan Surabaya kota yang benar-benar menerima dan mendukung apa yang dilakukan warganya,” pungkasnya.

Perwakilan Kraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) memberikan apresiasi tinggi terhadap para pelaku usaha dan kolektor yang berkontribusi dalam pameran keris ini, khususnya kepada kolektor sekaligus pengusaha Rivo Cahyono.

KPH Andi Budi menegaskan bahwa Kraton Surakarta merupakan simbol budaya dan peradaban yang menjadi barometer warisan budaya nasional. Ia mengingatkan bahwa keris telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya. Bahkan, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon telah mencanangkan hari keris nasional yang diperingati setiap 19 April.

“Solo dan Kraton adalah penjaga nilai-nilai budaya. Keris bukan hanya benda pusaka, tapi juga simbol sejarah dan jati diri bangsa,” ujarnya.

KPH Andi Budi juga mengapresiasi Rivo Cahyono yang tidak hanya aktif mengoleksi keris, tetapi juga telah mendapat gelar Kanjeng Raden Aryo. “Beliau ini luar biasa. Kontribusinya menjaga, mengoleksi, dan mempromosikan tosan aji sangat besar,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi digital dan media sosial untuk mengenalkan warisan budaya kepada generasi muda, mengingat minat baca yang semakin menurun. “Edukasi budaya harus mengikuti zaman. Sosialisasi melalui platform digital akan lebih efektif menjangkau anak-anak muda,” katanya.

Menurut KPH Andi Budi, keberadaan kolektor seperti Rivo sangat membantu distribusi dan promosi keris, termasuk karya pengrajin terkenal seperti dari Desa Aeng Tong-tong, Madura, hingga pengrajin lain di Jawa Timur.

“Kita patut bangga karena Surabaya menjadi tuan rumah pameran ini. Di sini, publik bisa melihat keris pusaka, baik yang lama maupun baru, yang menjadi bukti kejayaan seni tosan aji Nusantara,” pungkas KPH Andi Budi.

Editorial Team