Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-01 at 16.08.55.jpeg
Suasana verifikasi dan validasi pada SPMB hari pertama di Balikpapan. (IDN TImes/Erik Alfian)

Intinya sih...

  • 123 calon murid SMAN Banyuwangi kena prank SPMB 2025

  • Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, koordinasi dengan Dindik untuk tindaklanjuti kasus

  • Emil mendorong solusi konkret agar para calon siswa tidak menjadi korban kesalahan sistem SPMB

Surabaya, IDN Times - Sebanyak 123 calon murid di SMA Negeri Banyuwangi kena prank dalam proses Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025. Mereka menerima notifikasi diterima dalam tahap pemenuhan kuota. Namun ditolak saat proses daftar ulang.

Hal tersebut sudah diketahui Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim), Emil Elestianto Dardak. Mantan Bupati Trenggalek ini menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim untuk menindaklanjuti kasus tersebut. “Pertama, itu sistem di-pending dulu. Jangan sampai keluar lagi bukti-bukti penerimaan yang sama,” ujarnya, Rabu (2/7/2025). Emil menambahkan bahwa seluruh cabang dinas sudah diperiksa, dan kejadian ini hanya ditemukan di Banyuwangi. “Sudah dicek ke seluruh cabang dinas, ini hanya terjadi di situ di Banyuwangi,” katanya.

Emil menekankan pentingnya memastikan hak para calon siswa yang telah menerima bukti penerimaan. Menurutnya, perlu ada solusi konkret agar mereka tidak menjadi korban dari kesalahan sistem. “Ada yang seharusnya diterima tapi belum mendapat notifikasi karena sistem. Ada juga yang sudah dapat bukti diterima tapi nantinya tidak diterima. Itu kan kasihan juga,” kata Emil prihatin.

Ia mendorong agar kejadian serupa tidak terulang. “Ibarat jalur di pabrik itu error, ya harus dihentikan dulu. Kalau enggak, nanti muncul lagi yang dapat bukti diterima,” ujarnya mengilustrasikan.

Menurut Emil, SPMB ini juga diaudit oleh tim dari Dinas Pendidikan, sehingga bukan sepenuhnya tanggung jawab penyelenggara teknis. Ia memastikan komunikasi sudah dilakukan dengan pihak mitra sistem dari perguruan tinggi yang terlibat. “Kami ingin ada solusi untuk mereka yang sudah dapat bukti diterima. Tidak bisa mereka dibiarkan begitu saja,” katanya menegaskan.

Emil menyebutkan dirinya sudah berkoordinasi langsung melalui telepon dengan dindik untuk menyikapi persoalan ini secara serius. Ia meminta waktu agar proses evaluasi berjalan menyeluruh dan tidak tergesa-gesa. “Yang penting, jangan sampai ada lagi kejadian seperti ini. Dan untuk yang sudah terlanjur terdampak, kita harus pikirkan solusinya,” pungkasnya.

Editorial Team