Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sapi (pexels.com/pixabay)
ilustrasi sapi (pexels.com/pixabay)

Intinya sih...

  • Ada 547 ternak sapi positif PMK

  • Ternak sapi di Magetan juga diserang LSD

  • Disnakkan gencarkan vaksinasi dan sosialisasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Magetan, IDN Times – Kasus kematian sapi akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Magetan tahun 2025 mengalami peningkatan signifikan. Hingga September 2025, tercatat 59 ekor sapi mati akibat virus menular ini. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2024 yang hanya mencatat 33 ekor kematian.

1. Ada 547 ternak sapi positif PMK

Dua ekor sapi Dedi Prima Ardani di Desa Bogoarum Plaosan terjangkit PMK. IDN Times/Riyanto.

Data Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Magetan menunjukkan, sejak Januari hingga Agustus 2025, ada 547 ternak sapi positif PMK. Dari jumlah itu, 59 ekor mati, 7 ekor dipotong paksa, dan 414 ekor berhasil sembuh.

“Kasus kematian memang meningkat dibanding tahun lalu, karena outbreak di 2024 terjadi di akhir tahun. Saat ini, kasus PMK muncul lebih awal sehingga angka kematiannya lebih tinggi,” jelas Kepala Disnakkan Magetan, Nur Haryani, Kamis (18/9/2025).

2. Tak hanya PMK, LSD juga menyerang

Dua ekor sapi Dedi Prima Ardani di Desa Bogoarum Plaosan terjangkit PMK. IDN Times/Riyanto.

Selain PMK, pada 2025 ini ternak sapi di Magetan juga diserang penyakit lain yakni Lumpy Skin Disease (LSD). Sejak Juni hingga Agustus 2025, ada 101 kasus LSD, di mana baru 10 ekor sapi berhasil sembuh.

Kondisi tersebut membuat pengendalian penyakit menular pada ternak harus dilakukan ganda. “Kasus ini banyak ditemukan di daerah dengan mobilitas ternak tinggi dan tidak ada record vaksinasi PMK,” tambah Nur Haryani.

3. Disnakkan gencarkan vaksinasi dan sosialisasi

Dua ekor sapi Dedi Prima Ardani di Desa Bogoarum Plaosan terjangkit PMK. IDN Times/Riyanto.

Untuk menekan angka kematian, Disnakkan Magetan mengaku mulai dari pengobatan dan pemberian vitamin bagi ternak sakit, vaksinasi massal maupun tertarget, hingga menggencarkan sosialisasi ke tingkat desa.

“Perlindungan ternak sangat penting untuk dilakukan. Dengan begitu, dampak kerugian akibat kematian ternak dapat ditekan,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team