Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penutupan Kafe Pustaka UM. (Instagram/@wawaney)

Malang, IDN Times - Kafe pustaka menjadi salah satu kafe yang jadi ciri khas di Universitas Negeri Malang (UM). Pasalnya kafe ini mengumpulkan banyak insan mahasiswa tidak hanya dari UM saja, tapi banyak mahasiswa di kampus-kampus lain berkumpul di sini.

Kafe ini terkenal menjadi tempat berkumpul berbagai macam diskusi di kafe yang terletak di Perpustakaan UM ini. Tidak hanya mahasiswa, bahkan dosen hingga profesor juga seringkali nongkrong di kafe ini. Tapi pada Senin (5/8/2024) Kafe Pustaka UM pamit undur diri.

1. Kafe Pustaka UM pamit karena bangunan Perpustakaan UM akan direnovasi

Penutupan Kafe Pustaka UM. (Instagram/@wawaney)

Pengelola Kafe Pustaka UM, David Ardantya mengatakan jika mereka terpaksa tidak melanjutkan Kafe Pustaka di UM karena bangunan di Perpustakaan UM ini akan direnovasi. Sehingga mereka harus menghentikan layanan sejak 31 Juli 2024. Dan karena belum ada kejelasan terkait akan dijadikan apa bangunan tersebut kedepannya, mereka akhirnya menghentikan operasional kafe di UM untuk selamanya.

"Kedepannya apakah akan pindah tempat di mana, masih belum tahu. Tapi yang pasti di sini kita habis kontrak dan bangunnya katanya mau direnovasi," terangnya saat dikonfirmasi pada Selasa (7/8/2024).

Sejak Senin kemarin, penutupan Kafe Pustaka UM dihadiri oleh ratusan orang yang lewat dengan memori kafe yang hadir sejak 2015 ini. Mereka melakukan pameran berbagai poster kegiatan yang pernah dilaksanakan di Kafe Pusat UM.

2. Begini sejarah Kafe Pustaka UM

Penutupan Kafe Pustaka UM. (Instagram/@wawaney)

David menceritakan jika Kafe Pustaka UM berdiri pada 7 Mei 2015, saat itu Prof Djoko Sarjono yang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan UM merasa kurang ada ruang diskusi intelektual publik. Sehingga ia mencetuskan berdirinya Kafe Pustaka UM yang letaknya di sebelah barat Perpustakaan UM ini.

Kafe Pustaka UM yang awalnya hanya dibangun untuk wadah diskusi kecil-kecilan ternyata malah menjadi identitas UM yang baru. Banyak mahasiswa baik dari UM maupun luar UM yang memiliki kenangan di kafe tersebut.

"Ada lebih dari 200 poster yang dipamerkan di penutupan Kafe Pustaka, artinya tempat ini bukan sekedar Kafe. Karena banyak kenangan di sini dari diskusi, mengerjakan tugas, hingga sekadar berkumpul," bebernya.

3. Yoni mengenang banyak cerita yang ia buat di Kafe Pustaka UM

Penutupan Kafe Pustaka UM. (Instagram/@wawaney)

Salah satu pelanggan Kafe Pustaka UM, Yoni Prawardayana mengenang ia banyak membuat cerita di sini. Menurutnya Kafe Pustaka UM ini beda dari kafe pada umumnya di Malang. Pasalnya jika nongkrong di kafe ini, kesan inteleknya kental sekali.

"Saya masih ingat dulu sering rapat untuk membuat panitia pameran buku di Kafe Pustaka. Kenapa di Kafe Pustaka, karena di sini kesan inteleknya kuat sekali. Dan panitia pameran buku dulu tidak hanya dari UM, tapi dari kampus lainnya juga," tandasnya.

Tidak hanya pameran buku, Yoni juga membuat acara Lapak Diskusi di Kafe Pustaka UM juga. Diskusi yang ia promotori seperti diskusi terkait Tragedi Kanjuruhan hingga terkait terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI.

Editorial Team