Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Belum Zero, Masih Ada 10 ODGJ yang Dipasung di Magetan

Ilustrasi
Intinya sih...
  • Pemasungan terhadap 10 ODGJ masih terjadi di Magetan, Jawa Timur, menyebar di enam kecamatan.
  • Penurunan jumlah pemasungan dari awal tahun 2025, tetapi masalah kesehatan jiwa belum bisa dianggap sepele.
  • Dinkes Magetan melakukan pendekatan persuasif dan memberikan penyuluhan untuk menekan angka pemasungan.

Magetan, IDN Times – Meski zaman makin maju, praktik pemasungan terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) masih terjadi di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat, hingga Juli 2025, masih ada 10 ODGJ yang dipasung oleh keluarganya lantaran dianggap membahayakan lingkungan.

“Mereka tersebar di enam kecamatan, yakni Sukomoro, Nguntoronadi, Karangrejo, Lembeyan, Sidorejo, dan Ngariboyo,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Magetan, Suwantiyo, Kamis (24/7/2025).

Angka ini sebenarnya menunjukkan penurunan dari bulan-bulan sebelumnya. Pada awal tahun 2025, jumlah ODGJ yang dipasung mencapai 14 orang, namun dua di antaranya telah berhasil dilepas pasung dan kini dalam penanganan sebagai ODGJ berat. Sedangkan dua lainnya telah dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang Malang, pada Juni lalu.

Menurut Suwantiyo, sebagian besar ODGJ yang dipasung berada di rentang usia 31 hingga 58 tahun, dengan penyebab utama pemasungan berasal dari ketakutan keluarga atau masyarakat terhadap perilaku agresif yang ditunjukkan para penderita. Faktor ekonomi, tekanan sosial, dan kurangnya dukungan keluarga menjadi penyebab dominan.

Data Dinkes Magetan menyebutkan, sepanjang 2024 terdapat:

1.531 ODGJ kategori berat

1.132 kasus gangguan cemas

750 penderita depresi

774 kasus depresi campuran cemas

Angka ini menandakan bahwa permasalahan kesehatan jiwa di Magetan belum bisa dianggap sepele.

Untuk menekan angka pemasungan, Dinkes Magetan mengaku terus melakukan pendekatan persuasif kepada keluarga pasien. Tim kesehatan juga aktif memberikan penyuluhan, pengobatan rutin, dan pemantauan langsung terhadap kondisi ODGJ di lapangan. “Setiap bulan kami turun ke lokasi untuk memantau perkembangan pasien. Tujuannya agar mereka bisa sembuh dan tidak lagi dipasung,” kata Suwantiyo.

Dinkes berharap upaya ini menjadi bagian dari gerakan inklusif agar masyarakat makin sadar bahwa ODGJ tidak boleh dikucilkan, apalagi dipasung, melainkan diberi ruang untuk pulih dengan dukungan penuh dari semua pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us