Sidoarjo, IDN Times - Sebanyak delapan jenazah korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo telah dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi per Jumat (3/10/2025) malam. Tim (Disaster Victim Identification) DVI mengaku kesulitan mengidentifikasikan korban, sehingga harus dilakukan tes DNA.
Kepala Bidang DVI Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Kombes Pol dr Wahyu Hidajati menjelaskan hal itu di depan wali santri pada Jumat malam. Ia mengakatakan, proses pembusukan pada jenazah membuat korban sulit diidentifikasi.
"Delapan jenazah, kondisinya berbeda jauh dengan jenazah pada saat ditemukan hari pertama, hari kedua itu berbeda, karena ada proses kan, proses begitu. Nah, sehingga jenazah yang delapan ini tidak bisa dikenali dengan mudah seperti yang lima jenazah pertama," ungkapnya.
Wahyu mengaku, identifikasi menggunakan sidik jari tidak bisa dilakukan. Sebab, kondisi sidik jari sudah hilang karena telah melalui proses pembusukan. Terlebih, sebagian korban masih anak-anak yang belum pernah melakukan perekaman sidik jari e-KTP.
"Yang jadi masalah kan adik-adik ini belum punya KTP toh Pak, jadi begitu ditempelkan pun enggak muncul gambarnya.Kalau misalnya identifikasi korban dewasa ditempelkan begini, muncul itu datanya," ungkap Wahyu menjelaskan di depan pilihan wali santri.
Pihaknya juga mengaku tidak berani mengidentifikasi korban hanya dari pakaian yang digunakan. Sebab, hal itu membuat korban mudah sakali tertukar.
Korban bisa lebih mudah teridentifikasi bila memiliki ciri-ciri khusus, seperti tanda lahir, gigi yang memiliki ciri khas, tato, tindik dan ada kecacatan di tubuh.
"Jdi kami mengidentifikasi dari baju dan sarung saja itu kurang, enggak berani gitu loh. Kita perlu data tambahan, Bapak. Nah, data tambahan apa sih yang diperlukan untuk bisa mengenali mengidentifikasi secara betul, prinsip kami lebih baik teliti hati-hati meskipun agak lama daripada cepat-cepat tapi keliru," terangnya.
Walau demikian, untuk meyakinkan bahwa korban sesuai dengan identitasnya, pihaknya pun akan melakukan tes DNA. Tes DNA hanya bisa dilakukan di Jakarta dan memakan waktu paling cepat tiga hari.
"DNA itu kita ngambil sedikit dari tubuh kita, bisa liur, bisa darah, bisa daging, bisa kulit, bisa rambut gitu. Nanti dicocokkan. Dari jenazah dicocokkan dengan DNA-nya keluarga, bapak, ibu, adik, mbah gitu bisa," pungkas dia.
Data per Sabtu (4/10/2025) pukul 09.50 WIB, total korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo adalah 117 orang. 14 di antaranya meninggal dunia dan 103 selamat.