Potret pemimpin dan petugas upacara bendera. IDN Times/Talita Hariyanto
Upacara bendera dipimpin oleh Romo Kepala Paroki Sakramen Mahakudus Surabaya, Romo Rudi (43). Menurutnya, upacara bendera di gereja ini bukan kali pertama dilaksanakan.
"Di sini sudah rutin merayakan upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus," tuturnya.
Upacara bendera yang dilangsungkan setelah misa bukan suatu kebetulan. Menurutnya, Gereja Katolik memang menetapkan Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perayaan liturgi yang setara dengan Misa Mingguan.
"Ini menunjukkan iman Katolik yang memang mengajarkan bahwa kita harus sadar akan kemerdekaan bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi dorongan bagi kita semua sebagai warga negara untuk selalu menjunjung tinggi kemerdekaan dan mengisinya dengan baik," jelas Romo Rudi ketika ditemui IDN Times pada Sabtu (17/08/2024) di area samping gereja.
Menurutnya, latar belakang adanya upacara bendera ini tidak terlepas dari kerinduan umat Katolik akan kegiatan-kegiatan nasionalis, terutama bagi mereka yang sudah pensiun.
"Kita fasilitasi (upacara bendera) itu. Ketika kita tawarkan kepada umat, ternyata banyak umat yang ikut dan terlibat. Saya kira itu sebuah semangat bersama untuk merayakan kemerdekaan," katanya.
Kemerdekaan sebuah negara menjadi dasar bagi masyarakatnya agar bisa melakukan segala sesuatu tanpa ketakutan dan ancaman. Menurutnya, dasar inilah yang seharusnya membuat masyarakat sungguh-sungguh mengisi kemerdekaan dan menjalankan imannya dengan baik.
"Gereja Katolik mengajak umatnya untuk sungguh-sungguh mendukung sebuah kemerdekaan. Ini menjadi patokan dalam ajaran iman. Kalau dalam ajarannya Soegijapranata, kita kenal seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia," ucapnya.
Secara iman, umat Katolik tetap memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Meski saat ini sering ada distingsi minoritas dan mayoritas, menurut Romo Rudi ini hanya sebuah pengelompokan yang didasarkan pada jumlah. Menurutnya, peran untuk terlibat di tengah-tengah negara tetap harus diusahakan secara maksimal.
"Jadi, dalam Gereja Katolik, khususnya Keuskupan Surabaya, sudah punya kesadaran untuk menggerakkan umat agar terlibat di tengah-tengah masyarakat, bahkan terjun langsung di dunia politik. Kalau ada hal yang baik, kenapa tidak," urainya.
Akhirnya, Romo Rudi berharap agar umat semakin mau terlibat di tengah masyarakat. Tidak hanya menjalankan imannya, ia menginginkan umat juga mau mengaplikasikan imannya serta menjadi garam dan terang dunia.