Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251103.jpg
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Intinya sih...

  • Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai, menanggapi petisi penolakan penyelenggaraan Tes Kompetensi Akademik (TKA) untuk siswa SMA/SMK sederajat.

  • TKA menjadi alat ukur kemampuan nyata siswa yang selama ini tidak dapat tergambar secara utuh hanya melalui rapor.

  • TKA digunakan untuk memetakan daerah atau sekolah mana yang perlu penguatan pembelajaran dan menjadi salah satu indikator seleksi jalur prestasi masuk perguruan tinggi negeri (PTN).

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times – Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai, menanggapi petisi penolakan penyelenggaraan Tes Kompetensi Akademik (TKA) untuk siswa SMA/SMK sederajat yang dinilai mendadak dan hanya memiliki masa persiapan tiga bulan. Aries menegaskan, TKA justru menjadi alat ukur kemampuan nyata siswa yang selama ini tidak dapat tergambar secara utuh hanya melalui rapor.

Aries menjelaskan, selama ini rapor sering dijadikan acuan utama dalam seleksi masuk perguruan tinggi, namun tidak selalu mencerminkan kemampuan akademik yang sebenarnya. "Ukuran rapor itu banyak faktor. Dulu Pak Menteri bilang, banyak sedekah nilai. TKA ini membuat kemampuan anak terlihat berdasarkan kompetensi yang mereka miliki," ujarnya usai tinjau TKA di SMAN 6 Surabaya, Senin (3/11/2025).

Menurut Aries, TKA dapat menjadi gambaran perjalanan belajar siswa sejak kelas X hingga XII. Hasil tes tersebut akan digunakan untuk memetakan daerah atau sekolah mana yang perlu penguatan pembelajaran. "Kalau memang perlu ditingkatkan, ya kita tingkatkan. Dari hasil TKA ini kita tahu kompetensi mana yang harus ditambah," tambahnya.

Terkait petisi penolakan TKA yang beredar, Aries menilai keberatan sebagian pihak adalah hal yang wajar dalam setiap kebijakan baru. Namun ia memastikan bahwa pemerintah pusat dan daerah telah menyiapkan mekanisme pelaksanaan dengan matang.

"Ada petisi itu biasa. Setiap regulasi pasti ada perbedaan pendapat. Tapi saya yakin pemerintah sangat peduli bagaimana pendidikan ini menuju arah yang lebih baik," terangnya.

Aries menegaskan pelaksanaan TKA tidak mendadak. Sosialisasi dan simulasi sudah berjalan sejak jauh hari melalui gladi bersih hingga tes latihan yang dilakukan di berbagai sekolah. "Kalau ada yang mengatakan mendadak, saya rasa tidak. Kami sudah keliling ke banyak sekolah. Rata-rata anak-anak menyambut sangat luar biasa," tegasnya.

TKA sendiri tidak menentukan kelulusan siswa, namun menjadi salah satu indikator seleksi jalur prestasi masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Tahun ini, sebanyak 390.186 siswa SMA/SMK dan pendidikan kesetaraan di Jawa Timur mengikuti TKA serentak.

Editorial Team