Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang tua menghadiri wisuda anak perempuannya (pexels.com/Muhammad Renaldi)

Intinya sih...

  • Kenaikan IPK mahasiswa Indonesia menjadi sorotan di kalangan akademisi dan industri.

  • Tren kenaikan IPK terjadi sejak pandemi COVID-19, menimbulkan pertanyaan tentang validitas nilai dan kompetensi lulusan.

  • Pentingnya evaluasi holistik untuk menjaga relevansi IPK sebagai indikator prestasi, termasuk monitoring pembelajaran dan asesmen eksternal dari dunia industri.

Surabaya, IDN Times - Fenomena kenaikan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa Indonesia yang terus merangkak naik dari tahun ke tahun menjadi sorotan di kalangan akademisi dan industri. Apakah tren kenaikan IPK ini merupakan kabar baik yang mencerminkan peningkatan kualitas pendidikan, ataukah sekadar gejala inflasi akademik yang mengkhawatirkan?

Menurut Wakil Rektor bidang Akademik Petra Christian University (PCU), Prof Juliana Anggono, tren kenaikan IPK di Indonesia mulai terjadi sejak pandemi COVID-19. Ia menekankan bahwa fenomena ini memiliki dua sisi, bisa jadi peningkatan kapasitas belajar karena digitalisasi pembelajaran, namun juga ada risiko inflasi akademik yang mengancam validitas nilai yang diperoleh.

"Pertanyaan krusial yang muncul adalah apakah IPK yang tinggi benar-benar mencerminkan kualitas pengetahuan mahasiswa?" ujar Juliana, Senin (7/7/2025).

Lebih lanjut, Juliana mengingatkan bahwa korelasi antara nilai dan kompetensi tidak selalu linier, terutama karena standar penilaian yang longgar dan rubrik asesmen yang belum seragam.

Belum lagi, kompetensi lulusan sering kali diberikan tanpa uji nyata yang ketat. Persoalan ini kian rumit ketika angka IPK menjadi tolok ukur utama keberhasilan, sementara pasar kerja menuntut lebih dari sekadar transkrip nilai.

"Dunia nyata yang akan mahasiswa hadapi setelah lulus sangat menghargai kemampuan konkret, seperti problem solving, kolaborasi, dan adaptasi," tutur  Juliana.

Dalam konteks ini, Juliana menekankan pentingnya evaluasi holistik untuk menjaga relevansi IPK sebagai indikator prestasi. Monitoring pembelajaran, pelatihan dosen, serta asesmen eksternal dari dunia industri menjadi prasyarat agar IPK benar-benar mencerminkan kompetensi.

"Tantangan terbesar bagi pendidikan tinggi Indonesia adalah memastikan bahwa setiap digit nilai IPK berdiri di atas fondasi kompetensi yang autentik. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyiapkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di dunia nyata," pungkasnya.

Editorial Team