Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250920-WA0045.jpg
Instalasi Kran Plastik dan Akuarium Bayi Meriahkan World Clean Up Day di Surabaya. (Dok. Ecoton)

Intinya sih...

  • Instalasi Kran Plastik dan Akuarium Bayi meriahkan World Clean Up Day di Surabaya

  • Kran Plastik sebagai simbol untuk menghentikan produksi plastik sekali pakai, sementara Akuarium Bayi menggambarkan temuan mikroplastik dalam plasenta bayi

  • Ecoton bersama relawan berhasil kumpulkan lebih dari 2,6 ton sampah dari garis pantai, menemukan 1.050 sedotan plastik berserakan, dan menegaskan pentingnya mengurangi produksi plastik sekali pakai

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Intalasi Kran Plastik dan Akuarium Bayi Meriahkan World Clean Up Day yang digelar di pesisir utara Surabaya, dekat Jembatan Suramadu, Sabtu (20/9/2025). Instalasi tersebut milik Ecoton Foundation.

Kran Plastik menjadi simbol ajakan menutup kebocoran sampah dengan menghentikan produksi plastik sekali pakai. Sementara Akuarium Bayi menggambarkan temuan dari penelitian terbaru tentang mikroplastik yang bahkan sudah ditemukan dalam plasenta bayi dan cairan amnion.

“Ini peringatan serius, generasi mendatang sedang kita warisi mikroplastik sejak dalam kandungan,” ujar Koordinator Kampanye Ecoton, Kurnia Rahmawati.

Selain instalasi, Ecoton bersama relawan juga melakukan aksi bersih-bersih pantai. Dalam aksi ini, terkumpul lebih dari 2,6 ton sampah dari garis pantai, mulai dari sampah organik, plastik sekali pakai, hingga sampah residu. Di antara tumpukan sampah tersebut, relawan juga berhasil menemukan 1.050 sedotan plastik berserakan,

"Ini adalah salah satu bukti nyata betapa masifnya konsumsi plastik sekali pakai di masyarakat" ungkap Kurnia.

Koordinator Brand Audit Ecoton Alaika Rahmatullah, menegaskan bahwa temuan ini tidak boleh dianggap remeh. Sebab, plastik-plastik tersebut menjadi konsumsi makhluk hidup di laut.

“Setiap sedotan yang kita buang bisa berakhir di laut dan dimakan ikan. Ketika kita makan ikan, berarti kita sedang menelan plastik yang kita buang sendiri. Membersihkan pantai penting, tapi yang jauh lebih penting adalah menutup kran produksi plastik sekali pakai,” tegasnya.

Pihaknya pun tidak hanya mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah di laut. Tetapi juga mengurangi penggunaan sampah plastik.

"Dengan momentum ini, kami tidak hanya mengajak masyarakat untuk bersih-bersih sampah saja, tetapi juga menyuarakan pesan yang lebih besar: polusi plastik tidak bisa selesai hanya dengan aksi bersih-bersih, melainkan harus dimulai dari sumbernya, yaitu mengurangi dan menghentikan produksi plastik sekali pakai" tutupnya

Editorial Team