Surabaya, IDN Times - Persoalan banjir kerap kali menghantui suatu daerah jika tidak diantisipasi dengan benar. Masyarakat Kota Surabaya pasti masih mengingat dan akan selalu melekat terkait peristiwa banjir yang terjadi pada 10 tahun silam.
Mereka juga masih mengenang betul ketika berjibaku dengan air, baik di rumah maupun di jalanan Surabaya. Bahkan, tak jarang kawasan Mayjen Sungkono, terutama kompleks Darmo Park Vida Swalayan menenggelamkan sepeda motor yang sedang diparkir.
Pengalaman yang sangat menyedihkan salah satunya dialami Sri Wahyu Indrayanti, warga Jalan Simo Katrungan Baru, Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Sekitar tahun 2000-an, hujan turun sejak sore hingga malam, sehingga banjir pun tak terhindarkan. Malam itu, dia bersama keluarganya harus gotong royong mengangkut lemari, kulkas, kipas, televisi, dan berbagai perabotan rumah tangga supaya tidak terkena air.
Saat itu, hujan tak kunjung reda dan banjir pun semakin meninggi. Akhirnya, lewat tengah malam, dia bersama keluarganya terpaksa mengungsi di rumah tetangganya yang baru dibangun dan belum ditinggali karena jendela-jendelanya belum selesai.
“Kami terpaksa tidur di rumah tetangga yang rumahnya masih tahap pembangunan. Kedinginan, sedih, kecewa, campur aduk menjadi satu. Itu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya,” kata Sri saat mengisahkan pengalaman kebanjiran.