IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Setelah menikah dengan Indah pada tahun 2016, seiring berjalannya waktu, keduanya membuat komunitas Aura Lentera yang menjadi wadah edukasi dan mengadvokasi persoalan yang dialami penyandang disabilitas.
"Di aura lentera tidak punya anggota difabel yang secara organisasi..kami lembaga advokasi pendampingan untuk penyandang cacat. Keluhannya apa, sharing, untuk membantu teman teman. Saya dulu bisa melihat, kemudian tidak, jadi saya bisa berbagi membantu sesama," kata bapak satu anak ini.
Sebelum waktu tiga jam secara efektif membuat tiga alat bantu pencoblosan untuk penyandang tuna netra, Windoyo dan Indah sudah berdiskusi dan melakukan berbagai eksperimen selama satu hari.
"Eksperimen mulai kemarin, jadinya yang manual jadi tiga jam. Awalnya coba pakai printer braille, tapi kertas yang bisa diprint tidak bisa dipakai karena gampang robek. Kemudian pakai kertas glossy tidak bisa diprint, akhirnya manual, ditusuk satu satu," ujar Indah menambahkan.
Saat ini, dari data di Aura Lentera, jumlah penyandang tuna netra di Banyuwangi yang sudah memiliki hak suara dalam pemilu berjumlah sekitar 200 orang. Keduanya berharap agar penyandang disabilitas memiliki akses yang sama untuk menyalurkan hak suaranya dalam pemilu.
"Harapannya ini bisa diikuti di desa lain, bila di desanya ada tuna netra yang sudah bisa baca huruf braille, karena kami sadari nggak semua bisa baca huruf braille," tambahnya.