Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG. 20251029_123020.
Aksi demonstrasi depan Gedung Negada Grahadi bubar lantaran hujan. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Intinya sih...

  • Aksi "Rakyat Jatim Menggugat" di depan Grahadi Surabaya direncanakan sejak September lalu.

  • Massa aksi menuntut pengampunan pajak kendaraan, penindakan dugaan korupsi, dan pemberantasan pungutan liar di lembaga pendidikan Jawa Timur.

  • Aksi tersebut terpaksa bubar karena hujan deras yang tak bisa dihindari.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Langit Surabaya tampak gelap sejak awal. Awan menggantung berat di atas Gedung Negara Grahadi, seperti menyimpan isyarat tentang apa yang akan terjadi. Sekitar 50 orang berkumpul di depan pagar besi yang menjadi batas antara mereka dan pusat kekuasaan Jawa Timur. Mereka mengatasnamakan diri “Rakyat Jatim Menggugat”, sebuah aksi yang sebenarnya direncanakan awal September lalu namun baru terlaksana hari ini, Rabu (29/10/2025).

Mobil komando terparkir di tengah gerbang masuk gedung. Spanduk digelar. Pengeras suara dinyalakan. Napas perjuangan dibalut semangat, sekaligus kelelahan. Di atas mobil itu, tampak tiga figur yang menjadi poros gerakan. M. Sholeh, aktivis yang tak asing dalam dinamika advokasi Jawa Timur. Musfik, Koordinator JAKA Jatim yang sedari awal memimpin orasi. Dan Mathur Husyairi, mantan anggota DPRD Jatim yang siang itu datang sebagai juru suara rakyat yang mereka klaim diwakili.

Musfik terus berbicara lantang. Pengeras suara bergema, menggedor dinding sejarah dan hiruk pikuk lalu lintas di Jalan Gubernur Suryo. Namun, di tengah suara tuntutan yang mulai meninggi, angin tiba-tiba berubah. Awan semakin gelap.

Dia menggaungkan tiga aspirasi utama, yakni, pengampunan pajak kendaraan 100 persen, baik roda dua maupun roda empat. Penindakan serius dugaan korupsi dana hibah triliunan dan dugaan kasus kredit fiktif Bank Jatim cabang Jakarta. Pemberantasan pungutan liar (Pungli) di lembaga pendidikan Jawa Timur.

Mathur naik panggung, menggantikan Musfik. Ia baru bicara sekitar lima menit, sama, tentang pajak kendaraan, soal hibah, soal uang rakyat, ketika butir hujan pertama jatuh. Kemudian yang kedua, ketiga, dan seterusnya, hingga membentuk tirai air deras yang tak bisa dihindari.

Dalam sekejap, massa aksi bubar arah. Ada yang berlari ke emperan. Ada yang berlindung di balik pohon yang terlalu kecil untuk menahan hujan. Ada pula yang tetap berdiri, memeluk spanduk basahnya, seolah menolak kalah begitu saja. Aksi yang dipersiapkan berhari-hari, dengan tuntutan yang keras dan lantang, buyar oleh hujan penuh keniscayaan.

Aksi ini sebenarnya sudah direncanakan jauh jauh hari. Sejak Agustus, bahkan sudah ada posko 'Rakyat Jawa Timur Menggugat' di Taman Apsari, Surabaya. Posko tersebut disebut terinsipirasi dari aksi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Inisiator aksi, M Sholeh mengatakan, posko didirikan untuk aksi menggugat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang rencananya digelar pada tanggal 3 September 2025. Posko digunakan untuk mengumpulkan donasi makanan maupun minuman yang akan dibagikan kepada massa aksi. Namun, aksi 3 September batal usai ada kerusuhan massa pada akhir Agustus lalu.

Editorial Team