Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hasan Gipo sosok penting dalam sejarah perkembangan Islam Nusantara. IDN Times/Dok Ikatan Keturunan Sagipoddin.

Surabaya, IDN Times - Nama seorang Hasan Gipo tampaknya tak terlalu familiar di telinga umat muslim di Surabaya. Padahal, Hasan Gipo adalah seorang tokoh penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Kota Surabaya.

Hasan Gipo adalah seorang keturunan Sagipoddin, keluarga saudagar besar yang kaya turun temurun. Keluarga Sagipoddin memang berasal dari Surabaya, tepatnya di kawasan Ngampel. Berbekal semua privilege yang ia miliki, Hasan berkembang menjadi seorang saudagar hebat, aktivis perjuangan, sekaligus santri yang memegang teguh keislaman.

Berbagai jabatan penting diemban oleh Hasan Gipo semasa hidupnya dari tahun 1869-1934 mulai dari ketua takmir masjid se-Surabaya, imam masjid Sunan Ampel, hingga menjadi Presiden atau Ketua Tanfidziyah NU Pertama kali.

1. Hasan Gipo, sosok saudagar kaya berpendidikan

Tampak depan Langgar Gipoo yang sudah dicat. IDN Times/Fitria Madia

Seorang pengamat silsilah dan sejarah ulama Surabaya, Asrul Sani menggambarkan bahwa Hasan Gipo sebagai sosok yang cerdas, berpendidikan, dan elegan. Karena ia berasal dari keluarga mapan, Hasan mampu mengenyam pendidikan formal ala Belanda. Bekal pendidikan itu ia gunakan untuk mengembangkan bisnisnya dan menyebarkan Agama Islam.

Sebenarnya tak ada yang spesial dari cara dakwah Hasan secara langsung. Bisa dibilang, ia seperti sosok di balik layar. Hasan aktif di berbagai forum diskusi dengan para ulama. Pertemuannya dengan KH Wahab Hasbullah membuat Hasan terjun ke dunia pergerakan Islam.

Dilansir melalui situs resmi NU, Hasan Gipo terlibat aktif dalam pendirian Nahdlatul Wathan (1914) meski tidak tercatat sebagai pengurus. Selanjutnya ia juga terlibat dalam forum Taswirul Afkar (1916) dan berhasil memukau banyak orang dengan cara komunikasinya yang elegan. Ia juga aktif terlibat dalam Nahdlatut Tujjar (1918) yang memang bidangnya. Dalam forum semacam itu ia berkenalan dengan ulama lainnya makin intensif seperti Kiai Hasyim Asy’ari dan beberapa kiai besar lainnya di Jatim.

"Beliaulah yang menjadi pioner Nahdlatul Tujjar, Nadlatul Wathon dan Tasfirul Afkar bersama saudara-saudara beliau seperti Kiai Mas Mansyur Bin Ahmad Marzuki, Kiai Ridwan Abdullah, Kiai Dahlan Ahjat, Kiai Burhan Bin Abdul Rochim (Gresik), Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Alwi Muso Kertopaten, Kiai Alwi Bin Abdul Azis, dan yang lain-lain," ujar Asrul kepada IDN Times, Jumat 16 April 2021.

2. Tak pelit sumbangkan hartanya demi umat

Editorial Team

Tonton lebih seru di