Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Sekolah Rakyat. (IDN Times/Sukma Mardya Shakti)

Intinya sih...

  • Orang tua Rahmatul awalnya ingin menyekolahkan anaknya di SMPN 28 Kota Malang, tapi bingung dengan biaya sekolah

  • Ilmiatul tidak masalah jika anaknya tinggal di asrama, karena bangunannya lebih luas dan kebutuhan putrinya akan terpenuhi

  • Rahmatul bercita-cita jadi pramugari saat dewasa dan berharap bisa menggapai cita-citanya dengan bersekolah di Sekolah Rakyat

Malang, IDN Times - Rahmatul Laili Ramadani (12) warga Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang mendapatkan kesempatan jadi salah satu siswa angkatan pertama Sekolah Rakyat di Kota Malang pada tahun ajaran baru 2025-2026. Ia adalah lulusan SDN Polehan 5 dan diterima di Sekolah Rakyat pada April 2025 lalu.

1. Orang tua Rahmatul awalnya ingin menyekolahkan anaknya di SMPN 28 Kota Malang, tapi bingung dengan biaya sekolah

Ibu siswa yang diterima di Sekolah Rakyat Kota Malang, Ilmiatul Khoiroh. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ibu Rahmatul, Ilmiatul Khoiroh (33) mengungkapkan jika awalnya ia ingin mendaftarkan putrinya untuk bersekolah di SMPN 28 Kota Malang. Tapi ia mengakui memiliki keterbatasan biaya, pasalnya suaminya hanya buruh bangunan dengan gaji Rp2 juta per bulan, sedangkan ia adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Mereka juga harus menghidupkan 3 anak, dan Rahmatul adalah anak pertama mereka.

Tapi tiba-tiba ia mendapat surat dari Dinas Sosial Kota Malang bahwa anak mereka memenuhi syarat untuk masuk ke Sekolah Rakyat Kota Malang pada April 2025 lalu. Awalnya ia bingung dengan program ini, karena baru pertama kali mendengar Sekolah Rakyat.

"Kan itu pemberitahuannya juga disuruh rapat ke Kecamatan. Terus ya saya ke sana, dikasih tahu kalau ada SR (Sekolah Rakyat). Alhamdulillah kalau SR ini kan gratis, dari mulai seragam, sepatu, sampai buku," terangnya pada Senin. (23/6/2025).

2. Ilmiatul tidak masalah jika anaknya tinggal di asrama

Sekolah Rakyat di Kota Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ilmiatul menyampaikan jika ia tidak bermasalah jika Sekolah Rakyat menggunakan sistem asrama. Ia sudah mendapatkan informasi kalau sistemnya akan seperti pondok pesantren, dan siswa masih bisa dikunjungi orang tua seminggu sekali.

"Pertama memang anaknya agak gak mau, cuma ya saya rayu-rayu sekiranya mau. Kan nanti orang tua juga gak apa-apa kunjungan ke sana, satu minggu sekali," bebernya.

Ia juga menyampaikan jika Rahmatul akan lebih baik jika bisa tinggal di asrama Sekolah Rakyat yang bangunannya lebih luas. Di sana seluruh kebutuhan putrinya akan terpenuhi dan pergaulannya lebih terawasi.

"Rumah kami ini ngontrak, tapi tanahnya saja, sedangkan bangunannya bikin sendiri. Kami sudah hampir 10 tahunan di sini. Ini tanahnya saudara, per tahun itu Rp400 ribu atau gak Rp700 ribu gitu, saya lupa pastinya berapa," jelasnya.

Ia berharap dengan diterimanya Rahmatul di Sekolah Rakyat ini bisa membuat cita-cita putrinya ini bisa lebih mudah tercapai. Ia sadar kehidupan keluarganya sulit, jadi ia ingin anak-anaknya bisa menjadi orang sukses.

"Semoga tercapai cota-cita anak saya. Jadi orang yang sukses, berguna bagi bangsa dan negara," papar perempuan asal Probolinggo ini.

3. Rahmatul bercita-cita jadi pramugari saat dewasa

Ilmiatul Khoiroh (tengah) dan Rahmatul Laili Ramadani (kanan). (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Di tempat yang sama, Rahmatul menyampaikan kalau cita-citanya saat dewasa nanti adalah bisa menjadi pramugari. Dengan bersekolah di Sekolah Rakyat, Ia berharap bisa menggapai cita-citanya ini.

"Perasaannya senang bisa sekolah di sini (Sekolah Rakyat). Saya sudah lulus kelas 6 di SDN Polehan 5," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team