Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
20251002_171002.jpg
Para keluarga korban memantau proses evakuasi Ponpes Al Khozyni. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Intinya sih...

  • Wali santri gelisah saat proses pembongkaran reruntuhan Ponpes Al Khozyni, Sidoarjo, tidak secepat yang diharapkan.

  • Seorang wali santri ingin melihat langsung ke lokasi reruntuhan, namun tidak diizinkan oleh aparat keamanan.

  • Menteri Pratikno menyatakan bahwa penggunaan alat berat akan dilakukan dengan hati-hati setelah asasemen dan dialog dengan keluarga korban.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sidoarjo, IDN Times - Suasana harap-harap cemas terekam di posko kedaruratan evakuasi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khozyni, Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10/2025). Di sana disediakan layar monitor yang menayangkan proses pembongkaran reruntuhan bangunan.

Sementara sejumlah keluarga korban yang merupakan wali santri, dengan sabar mengamati proses detik tiap detiknya. Pantauan di lokasi, wali santri terlihat gelisah lantaran proses pembongkaran tidak secepat yang dibayangkan.

Seorang wali santri yang enggan disebutkan namanya, mengaku ingin ke lokasi reruntuhan. Namun hal itu tidak bisa. Sebab, lokasi tersebut dijaga ketat aparat keamanan. Alasannya harus steril. "Saya ini bapaknya, saya ingin lihat langsung ke sana, tapi gak boleh," katanya.

Sedangkan dalam tayangan langsung di monitor posko, hingga pukul 17.30 WIB, terlihat satu crane yang digunakan. Namun crane itu tidak tampak bergerak mengangkat beton. Tapi di sisi lain, pada bagian bawah reruntuhan ada petugas tim evakuasi yang bersusah payah memotong besi-besi kolom.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno mengatakan, sebelum operasi pencarian menggunakan alat berat dimulai, unsur SAR Gabungan dan jajaran pemerintah telah melakukan serangkaian asasemen dan dialog dengan keluarga korban lebih dulu.

“Nah, ini tadi barusan kita dipimpin oleh Pak Kepala BNPB berdialog lagi karena setiap hari terus dilakukan komunikasi dengan keluarga para santri. Apakah sudah saatnya untuk dilakukan mulai evakuasi dengan menggunakan bantuan alat-alat berat,” kata Pratikno.

Pratikno mengatakan, Basarnas juga sudah melakukan berbagai macam asasemen untuk mendeteksi apakah masih ada korban hidup yang terjebak di reruntuhan. Hasilnya tak ada tanda-tanda kehidupan sejak semalam.

“Tidak lagi ada tanda-tanda ditemukan kehidupan. Itu sudah dijelaskan kepada keluarga dan oleh karena itu keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat. Toh penggunaan alat berat pun akan digunakan dengan sangat-sangat hati-hati,” ucapnya.

“Mohon doanya ya semoga para korban masih ditemukan selamat, kita terus berdoa untuk itu. Semoga juga keluarga korban diberi ketabahan, kesabaran, keikhlasan menghadapi musibah yang sangat memprihatinkan ini,” pungkasnya.

Editorial Team