Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Intinya sih...

  • Dinas KBPPPA Tulungagung lakukan pendampingan terhadap bocah SD yang terpapar paham radikalisme

  • Paham radikalisme masuk melalui aktivitas bocah di media sosial TikTok dan tidak diketahui oleh orang tua

  • Kepala Dinas KBPPPA Tulungagung meminta orang tua untuk selalu mengawasi penggunaan gawai anak-anak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tulungagung,IDN Times - Seorang bocah SD di Kabupaten Tulungagung terindikasi telah terpapar paham radikalisme. Bocah tersebut diduga menjadi bagian jaringan radikalisme internasional. Aktivitas tersebut terbongkar setelah pihak Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) melakukan pelacakan. Saat ini pihak Dinas Keluarga Berencaa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBPPPA) Tulungagung melakukan pendampingan deradikalisasi terhadap bocah tersebut.

1. Dinas KBPPPA Tulungagung lakukan pendampingan

Kepala Dinas KBPPPA Tulungagung, dr Kasil Rohmad. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Kepala Dinas KBPPPA Tulungagung, dr Kasil Rokhmad mengatakan sudah satu bulan ini pihaknya secara intesif melakukan pendampingan. Bersama BNPT mereka melakukan deradikalisasi terhadap paham radikal yang telah diterima oleh bocah tersebut. Deradikalisasi ini bertujuan untuk menghindari paham radikal menjadi ideologi. "Hasilnya cukup positif saat ini kami masih terus melakukan pendampingan," ujarnya, Kamis (18/12/2025).

2. Orangtua tak mengetahui aktivitas anak di Medsos

ilustrasi medsos TikTok (pexels.com/cottonbro studio)

Kasil menjelaskan paham radikalisme ini masuk melalui aktivitas bocah tersebut di media sosial tik tok. Selama ini bocah berusia 11 tahun kerap mengunggah dukungan terhadap suatu peristiwa. Hal ini digunakan oleh jaringan radikal internasional untuk memasukkan paham radikalisme. Mereka mengundang bocah tersebut untuk masuk ke dalam grup whatsapp milik jaringan tersebut.

"Aktivitas anak di media sosial ini tidak diketahui oleh keluarga, selama proses pendampingan pihak keluarga sangat kooperatif sehingga berjalan lancar," tuturnya.

3. Minta orangtua selalu pantau penggunaan gawai

ilustrasi medsos (pexels.com/AS Photography)

Dengan temuan ini, Kasil meminta orang tua mengawasi anak-anaknya yang menggunakan gawai. Aktivitas anak di media sosial juga perlu dipantau oleh orang tua. Hal ini diperlukan agar anak tidak dimanfaatkan oleh kelompok radikal yang secara masif menyebarkan pahamnya. "Karena sudah ada anak Tulungagung yang terpapar ajaran radikalisme lewat media sosial, kami mengimbau kepada orang tua untuk selalu mengawasi penggunakan gawai pada anak" pungkasnya.

Editorial Team