Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-10-01 at 12.43.55.jpeg
Evakuasi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (1/10/2025). Dok. Basarnas.

Intinya sih...

  • Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, ambruk pada Senin (29/9/2025) disebut berbentuk 'pancake model' oleh Kepala Subdirektorat Basarnas.

  • Posisi 'gravity of center' yang ada di tengah menutup akses evakuasi, sehingga tim penyelamat harus menggunakan interaksi suara atau kamera pencari fleksibel.

  • Bentuk kolom utama bangunan menyerupai huruf U menunjukkan bahwa bangunan tidak sesuai standar dan elastisitas yang tinggi pada kolom menunjukkan struktur bangunan tidak mampu menahan beban secara keseluruhan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sidoarjo, IDN Times - Gedung tiga lantai Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, yang ambruk pada Senin (29/9/2025) disebut berbentuk 'pancake model'. Penjelasan ini disampaikan oleh Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana (RPDO) Basarnas, Emi Freezer, saat konferensi pers di Sidoarjo, Rabu (1/10/2025). "Bangunan yang utamanya dari empat lantai lalu kemudian akibat kegagalan konstruksi, ini jatuhnya adalah kegagalan konstruksi, kemudian berubah menjadi tumpukan atau istilah internasional itu pancake model," ujarnya.

Freezer menyebut, pusat runtuhan bangunan condong ke sisi kiri, jika dilihat dari sisi kanan. Kondisi ini diperparah dengan perbedaan ketinggian di lantai dasar yang tidak rata. "Posisi 'gravity of center' yang ada di tengah ini menutup akses, sehingga akses di sebelah tertutup sama sekali," terang Emi.

Beban utama reruntuhan menekan bagian tengah gedung, hal ini menghalangi jalur penyelamatan. Area yang seharusnya menjadi akses masuk tim evakuasi kini rata dengan lantai dasar.

"Posisi trap yang ada di bawah ini ada perbedaan ketinggian antara level di bangunan bagian dasar. Sehingga pada saat posisi gravity of center yang ada di posisi tengah ini menutup akses, maka akses di sebelah tertutup sama sekali karena sudah sama-sama flat dengan lantai dasar,” jelasnya.

Agar bisa mencapai korban, tim penyelamat harus menggunakan interaksi suara atau kamera pencari fleksibel yang bisa dimasukkan melalui celah-celah sempit. "Untuk bisa mengakses ke ruangan sebelah, kita hanya bisa menggunakan dengan interaksi suara atau verbal dengan apa namanya voice panggilan, lalu juga kemudian dengan menggunakan flexible search cam yang kami bisa masukkan ke celah terkecil," terangnya.

Selain 'pancake model', Freezer juga menyoroti bentuk kolom utama bangunan yang menyerupai huruf U atau 'U-shape'. Menurutnya, kondisi ini menjadi petunjuk bahwa bangunan tidak sesuai standar. "Kalau kita melihat konstruksi dari sebuah bangunan secara standarnya adalah apabila dia mengalami kegagalan konstruksi harusnya dia patah. Bukan melengkung," kata Freezer.

Ia menjelaskan, elastisitas yang tinggi pada kolom menunjukkan bahwa struktur bangunan tidak mampu menahan beban secara keseluruhan. Akibatnya, terbentuk banyak celah sempit atau void di mana para korban terjebak.

“Akibatnya adalah maka tercipta void, ruang celah-celah sempit, yang ada di dalam yang kesulitan untuk kita bisa akses,” pungkasnya.

Infografis ambruknya Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo. IDN Times/Shakti.

Editorial Team