Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi motor Yamaha F1ZR. IDN Times/ Riyanto.

Magetan, IDN Times – Seorang remaja 15 tahun yang duduk di bangku SMP kelas IX di Magetan mogok sekolah selama tiga bulan, hanya karena tidak dibelikan motor idaman, Yamaha F1ZR. Meskipun pihak sekolah dan keluarga telah berupaya membujuk, siswi ini tetap menolak kembali ke sekolah.

1. Alasan orang tua tak membelikan motor

Ilustrasi motor Yamaha F1ZR. IDN Times/ Riyanto.

Yoso, orang tua siswi tersebut, mengakui bahwa alasan anaknya berhenti sekolah memang karena permintaan motor Yamaha F1ZR yang tak kunjung dipenuhi. Namun, menurutnya, keputusan itu bukan karena masalah keuangan, melainkan demi keselamatan anak.

"Anak saya masih di bawah umur, jadi kami khawatir soal keselamatan. Selain itu, motor yang diminta kurang cocok untuk anak perempuan. Padahal di rumah sudah ada empat motor, termasuk motor matic," ujar Yoso saat ditemui di rumahnya, Jumat (22/11/2024).

Upaya pihak sekolah untuk berbicara dengan anak ini pun kerap menemui kendala. "Beberapa kali guru datang ke rumah, tapi anak saya malah mengunci diri di kamar," tambahnya.

2. Pendekatan dari dinas terkait

Ilustrasi belajar mengajar di sekolah. IDN Times/ Riyanto.

Kasus ini juga mendapat perhatian dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DPPKBPP dan PA) Kabupaten Magetan. Plt Kepala DPPKBPP dan PA, Miftahuddin, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari sekolah dan langsung mendatangi rumah siswi tersebut.

"Syukurlah, pada pertemuan pertama anaknya mau berkomunikasi dengan kami,” ujarnya.

Dari hasil dialog, terungkap informasi bahwa siswi ini sempat diduga menjadi korban perundungan di sekolah karena tanda lahirnya. Namun, ketika ditanya langsung, ia membantah hal tersebut.

"Kami juga bertanya apakah kalau motor F1ZR dibelikan, dia mau kembali sekolah. Jawabannya tidak. Jadi, kami menduga ada faktor lain yang mendasari sikapnya. Saat ini, kami masih mendalami kasus ini, termasuk mempertimbangkan mendatangkan psikolog,” jelas Miftahuddin.

3. Pola asuh diduga jadi penyebab

Ilustrasi siswi bolos sekolah. IDN Times/ Riyanto.

Miftahuddin menambahkan, mogok sekolah siswi ini menjadi perhatian serius karena ia harus segera mendaftar ujian yang akan dilaksanakan bulan depan. Jika tidak, ia terancam tidak lulus.

Menurutnya, pola asuh yang kurang tepat menjadi salah satu faktor utama dalam kasus ini. "Kami mengimbau keluarga untuk introspeksi diri. Anak jangan terlalu dimanja, tapi juga tidak boleh diabaikan. Peran keluarga sangat penting dalam mendidik anak," katanya.

Pihaknya bersama sekolah dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan. Harapannya, siswi tersebut dapat kembali bersekolah dan melanjutkan pendidikan.

"Kami ingin memastikan anak ini tidak putus sekolah. Kami akan mendampingi hingga masalah ini selesai," pungkas Miftahuddin.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa pendidikan dan pola asuh yang seimbang adalah kunci dalam membentuk karakter anak. Semoga persoalan ini segera menemukan solusi terbaik.

Editorial Team

EditorRiyanto