Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kodisi banguna Sekolah Dasar Negeri Jomblang Kecamatan Takeran yang telah rusak tak ada siswa. IDN Times/Riyanto.

Intinya sih...

  • Tiga SD Negeri di Magetan tak dapat siswa baru

  • MPLS tidak diselenggarakan karena minim siswa kelas 1 dan 2

  • Hanya 25 dari 385 SD yang penuhi kuota rombongan belajar

Magetan, IDN Times – Fenomena sekolah dasar negeri sepi peminat tak hanya terjadi di kota-kota besar. Di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tiga SD Negeri bahkan tak mendapatkan satu pun siswa baru di tahun ajaran 2025/2026. Salah satu sekolah malah nyaris tutup karena bertahun-tahun tanpa murid. Berikut fakta-fakta mirisnya.

1. Tiga SD Negeri sepi peminat, hanya menyisakan murid kelas atas

Kodisi banguna Sekolah Dasar Negeri Jomblang Kecamatan Takeran yang telah rusak tak ada siswa. IDN Times/Riyanto.

Kabid Pendidikan Dasar Dikpora Magetan, Irawan, mengungkap bahwa SD Negeri Bangsri 1 (Ngariboyo), SD Negeri Mojorejo 2 (Kawedanan), dan SD Negeri Jomblang (Takeran) menjadi tiga sekolah yang nihil pendaftar baru.

Ironisnya, di SDN Jomblang bahkan sudah bertahun-tahun tak mendapat murid baru. “Sekarang hanya ada satu murid, dan itu pun sudah mengajukan mutasi ke sekolah lain,” ujar Irawan. Bisa dibilang, sekolah ini tinggal menunggu waktu untuk benar-benar kosong.

2. Tidak bisa gelar MPLS

Kodisi banguna Sekolah Dasar Negeri Jomblang Kecamatan Takeran yang telah rusak tak ada siswa. IDN Times/Riyanto.

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) jadi momen seru bagi siswa baru. Tapi tidak bagi SDN Jomblang. Tahun ini mereka tidak menyelenggarakan MPLS sama sekali karena murid kelas 1 dan 2 sudah tidak ada. Berbeda dengan SDN Bangsri 1 dan Mojorejo 2 yang masih menjalankan MPLS terbatas karena memiliki siswa kelas 2 yang tersisa.

3. Hanya 25 SD yang penuhi kuota

Kodisi banguna Sekolah Dasar Negeri Jomblang Kecamatan Takeran yang telah rusak tak ada siswa. IDN Times/Riyanto.

Untuk diketahui, dari total 385 SD di Magetan, hanya 25 sekolah yang memenuhi kuota rombongan belajar (Rombel). “Jadi Rombel tiap sekolah itu beda-beda jumlahnya. Yang memenuhi pagu Rombel hanya sebagian kecil,” kata Irawan.

Dinas pun berinisiatif memanggil kepala sekolah untuk berdiskusi tentang solusi. Salah satu langkah yang ditempuh yakni memasifkan kegiatan ekstrakurikuler agar sekolah lebih menarik bagi warga sekitar.

Tantangan besar menanti dunia pendidikan dasar di daerah seperti Magetan. Sekolah yang sepi murid ini jadi alarm bahwa sistem pendidikan butuh lebih dari sekadar ruang kelas dan guru perlu strategi pendekatan sosial yang menyentuh kebutuhan masyarakat setempat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team