Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kondisi lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru di Kampung Renteng, Kab. Lumajang pada Selasa (7/12/2021). (IDN Times/Aditya Mustaqim)

Lumajang, IDN Times - Erupsi Gunung Semeru yang terjadi secara mengejutkan tanpa ada tanda-tanda pada 4 Desember 2021, membuat Pemerintah Kabupaten Lumajang harus belajar upaya mitigasi lebih serius.

Data terakhir yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, 16 Desember menyebut, sebanyak 1.027 rumah warga yang ada di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo rusak ringan hingga berat. Jumlah tersebut baru dua desa di Supit Urang dan Sumberwuluh yang telah didatata BPBD.

1. 2.004 orang Luka-luka

Kanal aliran lahar yang membelah Kampung Renteng ini meluap saat erupsi Gunung Semeru. (IDN Times/Ulil Albab)

Sementara itu, jumlah korban meninggal yang ditemukan sebanyak 48, kemudian sebanyak 2.004 orang mengalami luka-luka dan telah menjalani rawat jalan di posko kesehatan dan Puskesmas.

"Kami butuh sistem peringatan dini (early warning system) bencana di Gunung Semeru, agar kami bisa mengetahui akan terjadinya bencana dengan cepat," ujar Bupati Lumajang Thoriqul Haq, saat Rakor di Kantor Kecamatan Pasirian, Kamis malam (16/12/21).

Adanya alat early warning system, harapannya bisa segera memberikan informasi peringatan dini pada masyarakat, serta tingkatan bencana yang berpotensi terjadi.

"PVMBG kalau bisa menambah detail informasi, apakah alat bisa melihat kemungkinan bencana dengan volume, kapasitas, kekuatan dari guguran awan panas yang harus kita antisipasi," katanya.

2. Sebanyak 10.565 orang mengungsi

Editorial Team

Tonton lebih seru di