Luapan lahar yang menghantam pemukiman saat guguran awan panas Gunung Semeru. (IDN Times/Ulil Albab)
Dari segi ekonomi, ribuan ternak milik masyarakat juga terdampak, sapi potong sebanyak 764 ekor, kambing 684 ekor dan unggas 1.578 ekor. Hewan peliharaan tersebut sebagian besar mati, dijual murah dan masih dirawat di lokasi terdampak.
Di sektor pertanian, seluas 375 Ha tanaman padi terdampak, 46 Ha tanaman jagung, 23 Ha ubi kayu, 16 Ha tomat, 110 Ha cabai besar, 11 Ha Kubis, 49 Ha salak, 15 Ha kapulaga, 40 Ha durian, 59 Ha tebu, 50 Ha kopi, 17 Ha cengkeh dan 40 Ha kelapa.
Thoriq menyebut, tim penanggulangan bencana saat ini masih melakukan upaya pencarian korban, terutama di daerah tambang pasir Satuhan, Kebondeli dan Kampung Renteng. Upaya pengerukan aliran sungai yang mengalami pendangkalan juga dilakukan, dibantu PU SDA Provinsi Jawa Timur.
Selain evakuasi, pembersihan material di jalan nasional Mumajang-Malang Dusun Kamarkajang Desa Sumberwuluh masih mencapai 50 persen dan pengerjaan tanggul darurat di bawah gladak perak mencapai 90 persen.
Thoriq berharap, pihak yang menangani kebencanaan memiliki standart informasi yang lebih akurat untuk peringatan dini bencana. Harapannya Pemda juga bisa memberi tahu masyarakat untuk mencegah adanya korban.
"Kalau hal itu menjadi standart kita semua sebagai peringatan, maka kita akan memiliki pikiran dan tindakan antisipasi yang lebih," harapnya.