Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_2192.jpeg
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi saat acara MOOT di Sekolah Al-Hikmah Surabaya, Minggu (20/7/2025). (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)

Intinya sih...

  • Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengimbau orang tua agar tidak buru-buru melaporkan guru ke polisi jika ada masalah disiplin dengan anak.

  • Eri meminta orang tua murid untuk memahami duduk masalah yang ada dan membicarakan masalah tersebut secara baik-baik dengan guru dan pihak sekolah.

  • Pelaporan ke polisi adalah tindakan yang tepat jika terjadi kekerasan fisik oleh guru, namun disiplin atau miskomunikasi sebaiknya diselesaikan melalui jalur dialog dan musyawarah terlebih dahulu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengimbau kepada orang tua siswa agar tidak buru-buru melaporkan guru ke polisi jika ada masalah. Hal ini menggapai fenomena maraknya guru dilaporkan ke polisi oleh orang tua.

"Jika seorang guru hanya memarahi atau mendisiplinkan anak, jangan buru-buru melapor ke polisi," ujar Eri saat acara Masa Orientasi Orang Tua (MOOT) jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Kota Surabaya, di SMP Al-Hikmah, Minggu (20/7/2025).

Eri meminta orang tua murid untuk memahami duduk masalah yang ada. Kemudian, membicarakan masalah tersebut secara baik-baik dengan guru dan pihak sekolah. "Sebaiknya, ajaklah guru berbicara untuk memahami akar permasalahannya," kata Eri.

Menurutnya, guru dan orang tua adalah mitra dalam mendidik anak. Oleh karena itu, penting sekali untuk membangun komunikasi yang efektif dan saling pengertian. 

Meski demikian, tidak menafikan bahwa pelaporan ke polisi adalah tindakan yang tepat jika terjadi kekerasan fisik oleh guru. Namun, untuk permasalahan yang sifatnya disipliner atau miskomunikasi, ia sangat menganjurkan jalur dialog dan musyawarah terlebih dahulu.

“Baik guru maupun orang tua, marilah kita menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan hindari tindakan lapor polisi untuk perselisihan ringan. Kunci untuk menciptakan sinergi dalam mendidik adalah komunikasi dan pengertian, sehingga anak-anak dapat memandang guru sebagai bagian dari figur orang tua mereka,” ajaknya. 

Dalam kesempatan tersebut, Eri juga menjelaskan konsep "MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah" dengan slogan "Sekolahku adalah Rumahku, Guruku adalah Orang Tuaku." Ia menekankan relevansi filosofi ini hingga kini, sembari menekankan pentingnya menanamkan rasa hormat kepada guru dan menerapkan disiplin berbasis kasih sayang.

"Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang bertanggung jawab mendidik dan mengajarkan ilmu. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bersinergi dalam menerapkan disiplin kepada anak," jelasnya.

Eri juga mengajak orang tua untuk berintrospeksi diri jika anak-anak terlibat dalam kegiatan negatif. "Jika anak terjerumus ke jalan yang salah seperti geng motor, minuman keras, atau perundungan di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak. Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, kekurangan atau kesalahan apa yang mungkin telah kita lakukan," imbuhnya.

Melalui kegiatan MOOT, Eri optimis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi pondasi kuat yang sejalan dengan Pancasila. Ia yakin, ini akan mewujudkan Surabaya sebagai kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan minuman keras.

"Dengan sinergi antara orang tua dengan sekolah, diharapkan akan terbentuk karakter anak-anak Surabaya, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki kebangsaan yang kuat," pungkasnya.

Editorial Team