Pertamina Patra Niaga melakukan upaya alternatif untuk percepatan distribusi BBM ke Jember pasca penutupan Jalur Gumitir. (dok. Pertamina)
Dalam kondisi darurat itu, Pertamina bergerak cepat. Sejak hari pertama penutupan, tim logistik segera menyusun skenario distribusi baru. Armada tangki dialihkan ke jalur memutar via Bondowoso dan Situbondo, meski jarak lebih panjang hampir dua kali lipat.
Tidak berhenti di situ, pasokan dari Terminal BBM Banyuwangi ditopang oleh suplai tambahan dari Terminal BBM Surabaya, Malang, bahkan Solo. Koordinasi dilakukan lintas wilayah agar stok tidak benar-benar kosong di Jember. Sopir tangki diberi jadwal bergilir ketat, sementara tambahan kendaraan dikerahkan untuk mempercepat putaran pasokan.
Di balik kemudi truk tangki,Mulyono (43) mengelap keringat yang menetes meski udara dingin menusuk. Tangki berisi solar itu harus sampai di SPBU Jember sebelum pagi. Jika terlambat, antrean panjang kendaraan akan kembali mengular, dan warga akan semakin gelisah. “Kalau kami berhenti, orang banyak yang susah,” ujarnya singkat.
Berbagai upaya memang telah dilakukan. Namun, jalan memutar tetap menghadirkan tantangan besar. Sopir tangki harus menempuh perjalanan delapan hingga sembilan jam. Padahal normalnya hanya empat jam. Kondisi jalan alternatif sempit, berliku, dan rawan macet. Beberapa jalur pun sempat terganggu karena perbaikan lain. Namun bagi Pertamina, tidak ada pilihan selain menempuh jalur apa pun agar energi tetap sampai di masyarakat.
"Semula dari Banyuwangi–Gumitir langsung ke Jember. Sekarang harus lewat Banyuwangi–Situbondo–Arak-Arak–Bondowoso–Jember. Waktu tempuh yang biasanya 4 jam (RTH), kini jadi 11 jam," ungkap Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi.
Untuk menghindari kemacetan parah di jalur itu, Pertamina melakukan alih suplai dari berbagai terminal. “Kami libatkan Fuel Terminal Surabaya Group, Malang, hingga bantuan lintas region dari Semarang, Boyolali, Rewulu, hingga Maos,” jelasnya. Selain itu, sejak 24 Juli, Pertamina mengerahkan 79 mobil tangki bantuan. "Semua dengan kapasitas maksimal 24 KL sesuai jalur. Intinya, jangan sampai masyarakat kehabisan BBM," tegasnya.
Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat (RID) Pertamina Patra Niaga, Hari Purnomo menambahkan bahwa dukungan Pemprov Jatim sangat penting. "Kami ucapkan terima kasih pada Ibu Gubernur. Dengan support pemerintah, kami bisa menambah mobil tangki, menambah suplai, bahkan mengatur strategi distribusi lebih fleksibel," ucapnya.
Executive GM Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus,Aji Anom Purwasakti menegaskan suplai kini berangsur normal. "Kemarin kita suplai 1.400 kilo liter. Alhamdulillah stok SPBU terjaga. antrean juga berkurang signifikan. Ini akan kami jaga terus," katanya.
Selain menjaga distribusi, Pertamina juga memberi perhatian pada awak mobil tangki (AMT) dan pengemudi ojek online yang ikut berjibaku dengan situasi darurat ini. Sejumlah paket extra fooding dibagikan sebagai bentuk dukungan moral. Di beberapa SPBU, tim Pertamina bahkan turun langsung memberikan minuman kepada warga yang mengantre berjam-jam. Gestur kecil ini menjadi simbol bahwa di balik perusahaan besar, ada empati yang nyata bagi masyarakat.
Perlahan tapi pasti, skenario distribusi Pertamina mulai menunjukkan hasil. Antrean di SPBU yang semula mengular hingga dua kilometer berangsur terurai. Pada 30 Juli, hanya seminggu setelah penutupan, antrean di SPBU Kaliwates tinggal 15 meter untuk mobil dan 25 meter untuk motor. Warga mulai tertib membeli sesuai kebutuhan. "Segala skenario di lapangan masif kita lakukan, alhamdulillah terlihat antrian berangsur terurai dan SPBU beroperasi maksimal," kata Ahad.
Setelah memasuki pekan kedua Agustus, kondisi pasokan energi di Jember dan sekitarnya berangsur normal. Warga tak lagi berjubel di SPBU. Sopir logistik mulai bisa mengatur ulang jadwal perjalanan, dan kepanikan mereda. Sementara Pertamina tampil bukan sekadar sebagai perusahaan energi, melainkan garda depan yang menjaga denyut kehidupan.