Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pencemaran udara (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Ilustrasi pencemaran udara (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Intinya sih...

  • Udara di Kota Surabaya mengandung mikroplastik, hasil penelitian ECOTON dan SEIJ pada Mei-Juli 2025.

  • Hasil penelitian menunjukkan bahwa udara Kota Surabaya mengandung 12 partikel mikroplastik per 2 jam/90cm.

  • Mikroplastik berasal dari pembakaran sampah plastik, tekstil sintetis, dan emisi kendaraan bermotor. ECOTON merekomendasikan langkah-langkah strategis untuk pemerintah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Udara di Kota Surabaya juga mengandung mikroplastik. Hal tersebut diungkap Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) dan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SEIJ) melalui penelitian yang mereka lakukan.

Penelitian kontaminimasi mikroplastik ini dilakukan pada Mei–Juli 2025 di 18 kota/kabupaten di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pemantauan deposisi pasif mikroplastik udara dengan analisis mikroskopik dan spektroskopi inframerah fourier transform (FTIR) untuk memastikan jenis polimernya.

Langkah penelitian meliputi Penempatan cawan petri kaca pada ketinggian 1–1,5 meter zona pernapasan manusia di lokasi representatif tiap kota. Dilanjutkan dengan Penangkapan partikel melalui deposisi alami selama 2 jam menggunakan kertas Whatman basah steril. Hingga Pemisahan partikel plastik dengan mikroskop stereo, identifikasi bentuk fiber, film dan fragmen. warna, ukuran, dan konfirmasi jenis polimer dengan FTIR.

Hasil penelitinya ECOTON udara Kota Surabaya mengandung 12 partikel /2jam/90cm yang terdiri dari 5 partikel fiber dan 7 partikel fragmen. Surabaya menjadi kota ke-8 kontaminasi tertinggi setelah Denpasar (12) dan Jambi (12).

Sementara 5 kota dengan kontaminasi tertinggi adalah Jakarta Pusat (37partikel /2jam/90cm), Jakarta Selatan (30), Bandung (16), Semarang (13) dan Kupang (13).

”Mikroplastik adalah potongan kecil plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Permukaannya mudah mengikat zat beracun di sekitarnya, seperti logam berat dan bahan kimia berbahaya lainnya. Karena itu, mikroplastik bisa menjadi hingga 106 kali lebih beracun dibandingkan logam berat tunggal, sebab membawa campuran berbagai polutan sekaligus," ujar Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON, Rafika, Jumat (24/10/2025).

Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa proses pembakaran plastik dapat menghasilkan partikel mikroplastik dan aerosol sintetis yang bertahan lama di udara dan terbawa angin hingga ratusan kilometer. Ketika partikel-partikel ini bereaksi dengan uap air di atmosfer, mereka dapat turun bersama air hujan dan membentuk fenomena yang kini dikenal sebagai hujan mikroplastik.

"Sumber utama mikroplastik di udara berasal dari pembakaran terbuka sampah plastik dan sampah rumah tangga, degradasi produk plastik dan tekstil sintetis, serta emisi kendaraan bermotor akibat gesekan ban dan rem," ungkap dia.

Ecoton pun merekomendasikan beberapa hal untuk menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah. ECOTON mendorong Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengambil langkah-langkah strategis berikut:

1. Melarang pembakaran sampah terbuka dan memperkuat penegakan hukum lingkungan di tingkat kelurahan.

2. Meningkatkan fasilitas pemilahan sampah dari sumber serta memperluas jaringan zerowaste cities di setiap kecamatan.

3. Mengembangkan sistem pengolahan organik (kompos dan biodigester) untuk mengurangi volum sampah yang berpotensi dibakar.

4. Melakukan pemantauan berkala kandungan mikroplastik di udara dan air hujan Jakarta sebagai dasar kebijakan berbasis sains.

5. Menguatkan kampanye publik dan pendidikan lingkungan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap pembakaran sampah dan penggunaan plastik sekali pakai.

Editorial Team